Sebagai upaya membangkitkan kecintaan generasi muda terhadap budaya lokal, Denfest mengemas edukasi dengan apik dalam bentuk workshop pada Selasa (21/12). Sebelum itu, terdapat pula edukasi mengenai kesehatan reproduksi dan kecantikan dalam sebuah talkshow.
Selain menjadi wadah untuk menggeliatkan perekonomian dan kesenian, Denpasar Festival turut mempersembahkan ruang edukasi berupa workshop dan talkshow dengan narasumber yang telah mempuni di bidangnya. Bertempat di pesisir pantai Mertasari dan disiarkan melalui kanal Youtube Kreativi Denpasar. Pembahasan mengenai isu stunting yang kini menjadi sorotan bagi Pemerintah Kota Denpasar. Pentingnya peran ibu dalam upaya pencegahan stunting, mendorong Pemerintah Kota Denpasar membuatkan wadah pemberian informasi. Salah satunya dalam bentuk bincang-bincang manis di pagi hari bertajuk “Peran Ibu membentuk Tangguh, Sehat, dan Bebas Stunting” bersama narasumber yang mempuni di bidangnya. Mereka ialah Ny. Antari Jayanegara, Ny, Ayu Kristi Arya Wibawa, Dr Ida Ayu Indira SpOG, dr AAA Laksmi Dewi B, SpKK dan dipandu oleh ketua APSAI Kota Denpasar yaitu dr IGAA Decy Partiwi. Sebelumnya, stunting menjadi permasalah nasional. Secara singkat, stunting merupakan kondisi bayi lahir antara berat badan dan ukuran berat badan kurang dari semestinya. Kondisi tersebut disebabkan karena kurangnya asupan gizi saat bayi masih dalam kandungan.
Tak sebatas itu, kesehatan reproduksi juga menjadi topik pembahasan dalam talkshow tersebut. Beberapa masyarakat masih merasa tabu jika membahas mengenai kesehatan reproduksi, oleh karena itu Dr. Ida Ayu Indira SpOG menjelaskan lebih dalam mengenai urgensi dari kesehatan reproduksi. Selain itu, dr AAA Laksmi Dewi B, SpKK membahas mengenai tips kecantikan. Ia menjelaskan bahwa sebagai wanita memang harus menjaga kecantikan, namun etika tetap merupakan hal yang utama. Mengingat keadaan pandemi saat ini yang memaksa seluruh lapisan masyarakat memakai masker, sehingga tak jarang munculnya iritasi, bruntusan, dan gatal di wajah. Seringnya mencuci tangan, tentunya kulit dapat menjadi kering dan melupas. Hal tersebut dapat mengganggu kinerja dan penampilan, sehingga dalam sesi tersebut ia membahas lebih mendalam cara mengatasi permasalahan kulit tersebut, meningkatkan imunitas di masa pandemi, bahkan pembahasan mengenai skincare.
Masih berhelat di Taman Inspirasi Muntig Siokan, Pekak Taro sebagai maestro permainan tradisional yang sedari tahun 1973 sudah terjun ke dalam dunia permainan anak turut membagikan ilmunya dalam sebuah workhsop bertemakan “Melestarikan Warisan Budaya Melalui Permainan Tradisional”. Meski sudah lanjut usia, I Made Taro tak lelah membagikan ilmunya kepada khalayak, semangat luar biasa terpancar dalam wajahnya. Ia juga aktif dalam mengasuh sanggar Kukuruyuk. Menariknya, ia mengasuh lima Sanggar di Denpasar dan satu Sanggar di daerah Gianyar. Menfokuskan dalam beberapa bentuk yaitu dongeng, permainan tradisional dan gending rare, ia juga kerap kali diundang dalam acara-acara, seperti mendongeng di depan anak SD, Paud, SMA, hingga lansia. “Saya diminta mendongeng dan bermain di depan lansia di sebuah gereja, ini adalah tantangan bagi saya.” ceritanya.
Tidak sendiri, ia bersama I Gede Arya Putra Jaya Wiguna yang biasa dipanggil De Arya selaku Duta Anak Kota Denpasar turut berbagi dalam workshop tersebut. Selaku generasi muda, De Arya menganggap permainan sebagai sebuah sarana yang bisa menyampaikan pesan-pesan moral atau nilai yang terkandung dalam setiap jenis permainannya. “Seiring perkembangan waktu, banyak anak yang beralih memainkan gawai mereka dibanding memainkan permainan tradisional, padahal permainan tradisional penting dalam pembentukan karakter pada anak” Ujarnya. De Arya mengaku, dalam Forum Anak Daerah Kota Denpasar sudah beberapa kali melakukan kegiatan yang berkaitan mengenalkan permainan tradisional, salah satunya dalam bentuk webinar bertajuk “Bincang Anak Kota Denpasar”, kemudian turut megedukasi melalui sebuah drama berjudul “Eling” dengan pemanfaatan media sosial dalam proses penyebarannya.
Setelah berbincang-bincang, I Made Taro mempraktikkan beberapa permainan tradisional di hadapan peserta. Senyum sumringah terpancar di wajah para peserta tatkala mereka berkesempatan memainkan beberapa permainan tradisional yang dipandu oleh Pekak Taro.
Pekak Taro juga mengaku bangga dan senang melihat antusiasme pemuda dan pemudi dalam bermain. “Jadi permainan ini bukan hanya untuk anak-anak, tetapi untuk segala usia” ujar Pekak Taro. Sebagai Duta Anak Kota Denpasar, De Arya juga berharap agar generasi muda saat ini turut melestarikan permainan anak.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!