Tidak hanya aktivitas kreatif berupa pegelaran kesenian, geliat agenda ekonomi juga berlangsung di Denpasar Festival ke-14. Beberapa UMKM turut terlibat dengan memajangkan berderet produk unggulan desa, seperti cendol dengan susu kacang almond hingga perangkat dapur. Namun, terdapat pula kritik yang disampaikan para UMKM agar aktivitas ekonomi lokal desa melalui Denfest dapat berjalan lebih optimal.
Matahari sungguh terik di Desa Adat Poh Gading pada Senin (13/12). Namun, tidak menyurutkan semangat para UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah -red) menjual berbagai produk-produknya. Pada jam makan siang, pukul 12.00 WITA, belasan stand UMKM nampak ramai pembeli. Senyuman tumpah dari wajah Putri Ariani, salah satu pemilik UMKM yang merupakan bagian dari binaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Ubung Kaja, Denpasar Utara. “Saya merasa senang sekali, sangat pelajaran untuk cathering desa dilibatkan di Denfest tahun ini,” ungkapnya seraya duduk menjaga stand.
Ariani merupakan salah satu anggota PKK Desa Ubung Kaja. Ia menjajakan beberapa produk unggulan desa, diantaranya cendol sehat dengan menggunakan susu kacang almond, ada pula menjual jamu kunyit, kripik tempe dan talas, peralatan dapur seperti pisau, dan berbagai menu makanan serta minuman lainnya. Stand UMKMnya merupakan salah satu stand yang didelegasikan oleh Bumdesa Ubung Kaja. Di tengah pandemi, Ariani mengaku benar-benar menguras kreativitas agar tetap bertahan. Ia dan ibu-ibu PKK lainnya harus belajar memasak berbagai makanan inovatif dan alat-alat baru yang menunjang pengemasan. “Kemarin sebelum pandemi memang banyak kegiatan yang ada, setelah pandemi karena dibatasi, kegiatan ekonomi tidak se-efektif sebelumnya,” tambah Ariani.
Adanya pelaksanaan Denfest dengan konsep catur desa yang melibatkan Desa Adat Poh Gading ini bagi Arini memberi dampak bagi UMKM. “Adanya Denfest ini kami merasa terbantu, makanya kemarin kalau bisa jadi 4 hari jadinya apa yang kita beli jadinya tertutupi semua,” ujarnya. Lebih lanjut Arini mengungkapkan agar Denfest dapat terus melibatkan UMKM lokal Desa. Di sisi lain, Bendesa Adat Poh Gading, Ida Gung Aji Ngurah Ketut Suparta mengungkapkan rasa bangganya karena Desa Adat Poh Gading dapat dilibatkan adalam pelaksanaan Denpasar Festival ke-14. “Kami sangat men-support kegiatan ini dan harus sukses, kami mengerahkan pecalang utk menjaga keamanan dan kenyamanan, begitu juga dengan petugas kebersihan di tempat acara, dan tetap menjaga protokol kesehatan,” terang Suparta saat dihubungi via Whatsapp. Ia menerangkan terkait sistem pemilihan UMKM ini diambil dari para pedagang di Pasar Adat Poh Gading dan UMKM binaan Desa Ubung Kaja.
Sosialisasi dan Durasi Hari Pelaksanaan Masih Kurang
Perhelatan Denfest yang memberi dampak di banyak sektor diharapkan oleh Suparta maupun Ariani agar dapat dilaksanakan dengan durasi hari lebih lama. “Mungkin bisa empat hari agar apa yang kita beli ini terjual semua, sehingga tidak ada yang tersisa,” ucap Ariani. Secara terpisah, Suparta pun turut berpendapat senada. “Denfest sangat bagus, tapi sayang hanya dilaksanakan 2 hari di Desa Adat Poh Gading, kalau bisa sih minimal 3 hari dan maksimal 5 hari,” katanya. Hal ini disebabkan Denfest dapat mengangkat denyut aktifitas seni dan ekonomi lokal desa. Suparta mengatakan, sebelumnya kondisi ekonomi terutama kesejahteraan para seniman sangat memprihatinkan. “Sangat terdampak sekali khususnya terhadap para seniman,” paparnya.
Pemilik UMKM lainnya yang juga dari binaan Bumdes Ubung Baja turut memberikan kritiknya agar aktivitas ekonomi lokal desa melalui Denfest dapat berjalan lebih optimal. “Sosialisasinya masih kurang sekali. Tidak ada menginsformasikan kepada warga, sehingga banyak warga setempat tidak tahu ada stand UMKM di sini.” Ungkapnya. Hal ini sangat disayangkan Rini sebab seharusnya sosialisasi perhelatan Denfest dan adanya stand UMKM dapat diinformasikan lebih luas dan menyeluruh agar transaksi ekonomi dapat berjalan lebih optimal.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!