Gelaran kreatif akhir tahun Denpasar Festival juga aktif berkolaborasi dengan banyak pihak untuk dapat menampilkan garapan terbaik di hadapan warga kota sekaligus menjadi ruang berproses bagi pelaku seni.
Memasuki hari ketiga pelaksanaan Denfest ke-16, panggung budaya tak henti-hentinya memberiikan sajian menarik bagi warga kota yang ingin mencari pelipur lara. Tepat pukul 17.30 WITA panggung budaya dibuka dengan penampilan partisipasi dari Konsulat Jenderal (Konjen) India dengan menarikan “Dheem Ta Dare”. Delapan orang penari tersebut pun berhasil memukau penonton dengan tariannya. Setelah itu, penampilan bergeser untuk menengok sejarah Ponorogo melalui “Tari Natryam” yang disajikan oleh Sanggar Duta Nusantara.
Tari tersebut merupakan representasi ketika kejayaan Kerajaan Majapahit sedang dalam bahaya, untuk itu rakyat melakukan protes agar kerajaan kembali jaya lewat tarian yang mengharapkan masa depan cerah kepada raja dan ratu. “Kalau pementasan ini lebih ke sejarah Ponorogo, Kerajaan Majapahit yang waktu itu mau runtuh dan pada saat itu mereka melakukan protes bahwa raja sudah banyak dikendalikan sang istri. Oleh karena itu reog itu kepala singa dilambangkan sebagai raja Majapahit, dan merak dilambangkan sebagai istri dari raja Majapahit,” tutur Danang selaku salah satu penggagas karya tersebut. Dalam tarian tersebut pun tersisip pesan bahwasanya bagaimana sebagai pemimpin agar senantiasa tak mudah terpengaruh oleh orang lain.
Tak kalah seru, ketika malam tiba Teater Wong Kutus yang berkolaborasi dengan penyanyi pop Bali ikut serta menampilkan drama musikal berjudul “Balakosa” di pemanggungan budaya hari kedua. Adapun penyanyi yang ikut terlibat ialah De Ama, Ayu Saraswati, Trisna, dan yang lainnya. Penampilan tersebut berceritakan mengenai tiga orang dengan latar belakang dan permasalahan berbeda, hingga akhirnya mereka dipertemukan dengan ciri khas masing-masing mereka mencipta sebuah pilar kejayaan.
Penampilan teater remaja SMA Negeri 8 Denpasar bersama penyanyi pop Bali tersebut mendapat riuh tepuk tangan penonton sekaligus mengobati rindu warga kota akan nyanyian pop Bali. Resta selaku salah satu anggota Teater Wong Kutus mengungkapkan rasa leganya seusai tampil di atas panggung, “Sekarang sangat lega dan pastinya senang karena sudah tampil dengan lancar, kemudian apresiasi karena Denfest keren banget bisa menginovasikan seniman-seniman baru,” tuturnya.
Pukul 22.00 WITA, pemanganggungan budaya kembali digemparkan dengan permainan musik dari bambu, para seniman yang tergabung dalam kolaborasi Oemah Drum Creative bersama WYP Art Foundation menghasilkan musikalisasi yang harmonis di malam hari. Tak sampai disana, suara drum dan alat musik tradisional Bali lainnya mulai mengalun seolah memberikan kobaran semangat kepada penyaksinya. Selain itu, penampilan musik juga disertai dengan tarian api. Melihat hal tersebut, penonton pun ikut bersorak dan tidak lupa mengabadikan momen pada acara penutup hari ketiga Denfest di panggung budaya.