Posts

Denpasar Festival tidak hanya menjadi ajang hiburan, tetapi juga medium edukasi, promosi kreatif, dan pemberdayaan pegiat UMKM di Kota Denpasar. Persisten dengan visinya dalam mendukung kemajuan sektor ekonomi kreatif, Denpasar Festival Ke-17 kembali menghadirkan salah satu acara yang unik dan menarik, yakni Lomba Tengkuluk Tradisional Bali.

Peragaan Busana Tengkuluk dengan Sajian Kuliner Heritage di Denpasar Festival Ke-17

 

Digelar pada 25 Desember 2024 di pelataran Kori Gajah Mada, kompetisi ini menjadi wadah promosi bagi pelaku usaha untuk mengenalkan produknya ke khalayak luas melalui metode yang istimewa. Kompetisi ini memadukan unsur budaya dan kebersihan melalui peragaan busana khas adat Bali yang dikombinasikan dengan tengkuluk (kain penutup kepala) dan celemek kain bermotif tradisional Bali sembari membawa sajian hidangan andalan stan masing-masing. Kombinasi warisan budaya pada peragaan busana tengkuluk dengan komplemen dari sajian kuliner menciptakan simfoni tradisi yang otentik.

Sebanyak 12 perwakilan stan UMKM kuliner ikut ambil bagian dalam perlombaan ini. Perwakilan stan satu per satu melangkah ke panggung kuliner, berjalan dengan anggun sembari membawa sajian andalan masing-masing. Berikut mereka mempromosikan hidangan khas-nya, bahkan beberapa perwakilan secara spontan mengeluarkan jargon andalan mereka yang lantas mengundang tepuk tangan dan gelak tawa penonton.

 

Perwakilan Stan UMKM Kuliner dalam Lomba Tengkuluk Tradisional Bali Denpasar Festival 2024

 

Para peserta dinilai berdasarkan beberapa kriteria, antara lain kebersihan, grooming atau penampilan, cita rasa makanan dan porsi, serta penyajian. Setelah penilaian yang ketat, berikut adalah urutan pemenang Lomba Tengkuluk Tradisional Bali serangkaian Denpasar Festival ke-17.

Juara Harapan 3 dengan skor 485 diraih oleh Racik Endak. Juara Harapan 2 dengan skor 495 diraih oleh Warung Story. Juara Harapan 1 dengan skor 505 diraih oleh Warung Adnyana. Juara 3 dengan skor 510 diraih oleh Warung Jadul. Juara 2 dengan skor 525 diraih oleh Warung Mang Kakul. Juara 1 dengan skor 540 diraih oleh Warung Makpak.

 

Warung Makpak, Pemenang Lomba Tengkuluk Tradisional Bali Denpasar Festival Ke-17

 

Inisiatif ini merupakan hasil kolaborasi antara Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar, Indonesian Chef Associations (ICA) BPD Bali, dan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Denpasar. Selain menjadi ajang kreativitas, lomba ini juga memuat pesan penting untuk menggalakkan edukasi bagi pegiat UMKM kuliner mengenai pentingnya higienitas serta personal grooming atau penampilan diri yang baik dalam melayani pelanggan.

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar, menyampaikan bahwa perlombaan ini terselenggara tiap tahun untuk meningkatkan kualitas stan UMKM Denpasar Festival, khususnya sektor kuliner. “Kita lombakan untuk edukasi higienitas makanan. Kalau biasanya para chef menggunakan topi chef, kita di Bali coba angkat tengkuluk sebagai alternatif, terutama bagi perempuan karena sangat tradisional sekali. Kedepannya kita berusaha untuk memperbaiki kualitasnya, dari rasa, harga, higienitas dan memperkenalkan lebih luas makanan tradisional Bali lewat lomba di Denpasar Festival,” ujar Dr. I Dewa Made Agung, S.E., M.Si. ketika diwawancara pada Rabu, (25/12).

Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar bersama Para Juara Lomba Tengkuluk

 

Senada dengan ini, Marketing Communications Indonesian Chef Associations (ICA) BPD Bali, Anak Agung Anom Samudra juga menekankan pentingnya totalitas, mulai dari personal grooming atau penampilan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. “Tidak hanya semata olahan, tetapi secara keseluruhan harus percaya diri dalam memberikan service kepada masyarakat. Sehingga masyarakat tertarik untuk datang ke stan. Ini jadi bagian budaya yang tidak terpisahkan bagi kita masyarakat Bali. Kami berharap perwakilan stan kuliner yang ikut lomba tengkuluk tadi benar-benar memperhatikan regulasi higienitas produk dan pengetahuan terkait esensi dari tengkuluk itu sendiri,” pungkasnya.

Perlombaan tengkuluk ini menjadi ajang edukasi yang positif untuk memperkenalkan esensi budaya tradisional dan korelasinya dalam menjaga higienitas serta personal grooming yang baik di dunia usaha kuliner. Sehingga kedepannya, tak hanya soal cita rasa dan harga yang bersaing, namun kualitas bahan, kebersihan, dan gizi juga harus turut menjadi perhatian bagi pegiat UMKM kuliner.

Denpasar Festival menegaskan relevansinya sebagai ajang pusat kreativitas berbasis budaya. Tak hanya menyuguhkan pertunjukan musik, kesenian, dan beragam tradisi kuliner, Denpasar Festival turut mendorong inovasi di sektor industri kreatif, utamanya industri fesyen.

Ketua Dekranasda Kota Denpasar, DWP Kota Denpasar, dan Para Desainer pada Fashion Show Hari Kedua

 

Selasa, 24 Desember 2024, Denpasar Festival Ke-17 kembali menyelenggarakan Fashion Show hari kedua. Gelaran ini menjadi ajang strategis bagi para desainer, pelaku UMKM, dan institusi pendidikan untuk menunjukkan karya-karya terbaik mereka sekaligus meningkatkan daya saing dalam kreativitas industri fesyen.

Sebagai panggung kolaborasi kreatif, hari kedua Fashion Show ini menghadirkan 12 perwakilan yang melenggang di runway, diantaranya: Primadona, Jegeg Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Institut Desain dan Bisnis Bali, Raga Busana, Tri Agung Busana, Ayu Khirana, Jegeg Tri Busana, Aditri, Dewi Anyar, Lusi Damai, dan Rhea Cempaka.

Peragaan Busana Hari Kedua Denpasar Festival Ke-17

 

Meneguhkan jati dirinya sebagai kota berbasis budaya, melalui binaan Dekranasda dan Disperindang Kota Denpasar, pemanfaatan kekayaan tradisi busana Bali dapat menjadi identitas yang kuat dalam dunia mode. Membuka peluang untuk menjadikan Denpasar sebagai kota mode bernafaskan budaya lokal.

Padu Padan Motif Tradisional Berbalut Busana Modern Kontemporer

 

Kekayaan busana tradisional Bali, utamanya kain endek, tenun ikat, hingga songket; seluruh elemen budaya yang terkandung didalamnya menjadi aset penting dalam membangun industri fesyen. Berkenaan dengan pelestarian budaya yang sekaligus tetap relevan dengan tren pasar modern. Melalui peragaan busana ini, para desainer diberikan kebebasan untuk menuangkan ide dan kreativitasnya. Elemen-elemen tradisional tersebut diolah dengan sentuhan inovatif, baik dari segi motif, bentuk potongan, struktur, maupun material yang digunakan. Seluruhnya dapat dijamin kualitasnya, sehingga menghasilkan karya fesyen yang mampu bersaing di pasar domestik, bahkan tak menutup kemungkinan dapat menembus pasar internasional.

Memposisikannya sebagai jembatan kreatif, Denpasar Festival tidak hanya mempromosikan karya lokal saja, namun turut mendorong kolaborasi inovatif antara budaya dan modernitas. Pagelaran ini menggarisbawahi peran penting industri kreatif seperti fesyen dalam mengangkat citra Denpasar sebagai pusat kreativitas berbasis budaya.

Fashion Show dalam serangkaian Denpasar Festival Ke-17 ini tidak hanya menjadi pameran keindahan busana, tetapi juga bentuk nyata bagaimana seni, tradisi, dan inovasi dapat bersinergi untuk menciptakan masa depan yang gemilang bagi industri fesyen Denpasar dan Bali kedepannya.

Pembukaan Peragaan Busana Denpasar Festival Ke-17 (23/12)

 

Senin, 23 Desember 2024, Pelataran Inna Bali Heritage menjadi saksi kemegahan pembukaan peragaan busana hari pertama Denpasar Festival Ke-17. Senada dengan tema besar “Ngarumrum Kerta Langu: Kilau Denpasar”, runway fashion show kali ini bertaburan karya-karya busana terbaik dari para desainer lokal. Peragaan busana ini juga turut menggandeng sejumlah UMKM dan institusi pendidikan untuk mendorong perkembangan industri fesyen berbasis budaya lokal.

Fashion Show Denpasar Festival ke-17 menampilkan beragam koleksi yang memadukan  elemen modern kontemporer pada busana etnik tradisional Bali, berupaya untuk tetap mengedepankan nilai budaya lokal dalam desainnya. Adapun berbagai mode fesyen diperagakan oleh model anak-anak, remaja, hingga dewasa. Peragaan busana hari pertama berkolaborasi dengan Kids Fashion Show by Franky Agency, SMKN 4 Denpasar, SMKN 3 Denpasar, ISI (Institut Seni Indonesia), IDB Bali (Institut Desain dan Bisnis Bali), Baliwa Songket Collection, A2 Ayu House of Kebaya, De’vastra, Arunika, Kinara Busana, Taksu, dan Bali Puspa Bordir & Tekstil.

Peragaan Busana Hari Pertama Memamerkan Beberapa Koleksi Busana Etnik dengan Sentuhan Mode Fesyen Modern 

 

Setiap koleksi menampilkan karya hasil desain yang mengkombinasikan beberapa elemen bahan, struktur, motif, dan bentuk potongan yang memiliki ciri khas unik. Padu padan antara motif kain tenun tradisional Bali dengan mode fesyen modern menciptakan karya yang tidak hanya memikat secara visual, tetapi juga menyuarakan narasi keindahan budaya Bali yang adiluhung.

Selain mode fesyen modern, peragaan busana malam ini juga menampilkan busana tradisional kebaya dan wastra Bali yang dapat dipadupadankan untuk pemakaian sehari-hari, kegiatan adat atau persembahyangan, hingga acara formal maupun non-formal.

Kegiatan yang diinisiasi melalui binaan Dekranasda dan Disperindag Kota Denpasar ini selaras dengan visi Denpasar sebagai kota yang mendukung perkembangan kreativitas berbasis budaya. Panggung ini juga membuka kesempatan bagi para pegiat UMKM di industri fesyen untuk menampilkan karya mereka di panggung profesional.

 

Peragaan Busana dengan Model Anak-anak

 

Selain itu, keterlibatan siswa dan mahasiswa juga dapat memberikan dorongan positif bagi talenta muda untuk menampilkan rancangan busana inovatif, sekaligus mengasah kemampuan mereka dalam dunia fesyen profesional.

“Proses dibalik layarnya adalah kurasi para desainer dari Dekranasda Kota Denpasar yang sebetulnya sudah berlangsung kurang lebih selama setahun kebelakang. Kemudian bertemu dengan agensi model, sekolah, kampus, dan para desainer yang lolos kurasi untuk persiapan fashion show ini,” jelas Putu Surya Triana Dewi selaku Koordinator Fashion Show Denpasar Festival Ke-17.

Ia pun menambahkan bahwa pelibatan UMKM, desainer, hingga pihak sekolah vokasi dan kampus dalam peragaan busana ini bertujuan untuk mendukung perkembangan industri fesyen berbasis budaya lokal di Kota Denpasar.