Memasuki hari kedua, perhelatan Denpasar Festival ke-17 di panggung budaya berhasil mengundang senyum dan tawa penonton. Terdapat beberapa hiburan dari seniman unggulan yang menghiasi panggung budaya sore itu (24/12), diantaranya ialah penampilan Tari Tindak Lango, Baris Balandega Serangan, dan Bebondresan STI Bali & BBQ.
Tepat pukul 18.50, panggung budaya yang terletak di sisi selatan Lapangan Puputan Badung (I Gusti Ngurah Made Agung) dibuka dengan menarik oleh pengisahan Ni Pollok, seorang penari legendaris yang lahir dan dewasa di Banjar Kelandis, Denpasar, Bali. Kisah kesetiaan Ni Pollok terhadap suaminya Andrien Jean Le Mayeur yang merupakan seorang pelukis asal Belgia, tentunya sudah tak asing lagi bagi masyarakat Kota Denpasar. Sanggar Supraba Eka Dutha dengan apik mengemas cerita Ni Pollok menjadi sebuah garapan karya tari dan tabuh. “Saya mengangkat kisah sedih Ni Pollok, dia harus mengorbankan dirinya tidak memiliki seorang buah hati karena saking cintanya dengan suaminya. Dirinya rela tidak menjadi seorang ibu yang melahirkan dari rahimnya sendiri,” tutur I Gede Arya Suastika, salah satu konseptor penampilan sore itu.
Tak hanya sekadar memberi penghiburan bagi masyarakat, penampilan tersebut turut menyelipkan pesan yang mendalam. “Dibalik cerita kesedihan Ni Pollok, terselip semangat yang memacu sosok Ni Pollok tak kian menyerah dalam menjalani kehidupannya,” tambah Arya. Dengan total 50-an seniman yang terlibat, penuangan karya tersebut mampu menghasilkan pengisahan yang autentik.
Selain itu, penampilan kedua diisi oleh Sekaa Gong Kumara dengan garapan berjudul Baris Balandega, Serangan. Garapan tersebut mengisahkan kearifan lokal kelompok nelayan pesisir wilayah Pantai Serangan. “Para nelayan dengan gagah berani menerjang ombak untuk menjadi tulang punggung keluarga. Penampilan ini juga mengingatkan kejayaan masyarakat pesisir Pantai Serangan,” tutur I Wayan Angga Wiguna, konseptor penampilan tersebut.
Mengajak 36 orang seniman, garapan tersebut mampu menuai senyum dari para penonton. “Luar biasa karena kami baru pertama kali tampil di Denpasar Festival,” ungkap Angga ketika ditanya perihal kesannya pasca tampil.
Semakin malam, penonton semakin memadati areal panggung budaya di hari kedua. Bagaimana tidak, hiburan favorit segala usia menjadi penutup penuh tawa. Tidak lain adalah bebondresan dari STI Bali & BBQ. Bebondresan merupakan kesenian bali yang khas dengan leluconnya. Dengan topeng maupun hiasan wajah beragam ekspresi mampu memecah keriangan masyarakat yang hadir. Bukan hanya lelucon yang menghibur, tetapi terdapat pula pesan yang disisipkan dari pementasan bebondresan malam tersebut.
Disisi lain, Angga menyampaikan harapannya akan gelaran Denpasar Festival, “Semoga lebih luar biasa, dan dapat terus menghadirkan bibit-bibit baru untuk seniman Denpasar,” tutup Angga.