Posts

Penyelenggaraan Denpasar Festival ke-14 seolah menjadi pengungkit di berbagai sektor. Apresiasi positif pun datang dari para seniman, musisi, pengelola destinasi wisata, hingga pelaku UMKM. Tak sekadar etalase bagi pemikiran dan aktivitas kreatif, Denfest juga dipandang oleh seniman sebagai pijakan untuk memacu kesenian yang berkelanjutan.

Suasana penutupan Denpasar Festival ke-14 yang berlangsung dengan meriah.

Hari itu, rona senja menampakkan dirinya tanpa keraguan. Keindahannya menemani rangkaian inaugurasi penutupan Denpasar Festival ke-14 pada Kamis (23/12) di Muntig Siokan Pantai Mertasari, Sanur. Denpasar Festival telah menuju puncak perhelatannya setelah berjalan selama empat belas hari. Melihat kilas baliknya, Denpasar Festival telah diselenggarakan dengan konsep desentralisasi, ada empat desa yang terlibat di empat kecamatan Kota Denpasar. Selain itu, Gedung Dharma Negara Alaya dan Muntig Siokan tak luput dari gegap gempitanya. Giat pengadaan Denpasar Festival sebagai pesta rakyat menjelma roh bagi kehidupan ekonomi dan budaya di Kota Denpasar yang selama ini lesu akibat pandemi.

Penampilan Rare Ageta membuka inaugurasi penutupan Denpasar Festival ke-14.

Setidaknya, hal itulah yang menjadi pemikiran dari Joni Agung, seorang musisi reggae kala dijumpai setelah penampilannya pada penutupan Denfest.  “Momen denfest ini adalah ini momen yang tepat untuk kami (para seniman) berkumpul, juga artinya ada panggung, jadi disambut baik sama pemerintah,” ujarnya. Tidak heran, sedari tadi ia suntuk mengobrol banyak hal dengan rekan-rekan sesama seniman Denpasar. Bahkan, adanya Denfest membuat para seniman di Denpasar bergerak untuk membuat paguyuban seniman Denpasar, khususnya pada seni tari. Sehingga, Denpasar Festival juga memiliki posisi sebagai pijakan dalam membentuk komunitas seni yang berkelanjutan. Rangkaian inaugurasi penutupan pun dibuka dengan kemeriahan penampilan dari Rare Ageta, Que Toi (persembahan negara Vietnam), Tarian Bhawat Strotram (India), Yosakoi dan Taiko Club Koryu (Jepang), Dua Stria X Dedek, BXD x Drum Gollics, Baris Srimper Sanur, Closing Ceremonia dan Balawan & Batuan Ethnic Fusion. Terdapat pula peluncuran platform pajak terintegrasi bernama “Pagi Denpasar” yang dilakukan dengan simbolis menekan tombol merah oleh Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara didampingi Wakil Wali Kota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa.

Penampilan Yosakoi dan Taiko Club Koryu sebagai perwakilan negara Jepang.

Seniman: Terima Kasih Pemerintah Kota Denpasar

Di tengah rangkaian penutupan Denpasar Festival ke-14, Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, mengatakan bahwa pelaksanaan Denfest merupakan salah satu capaian program kerja berbasis seni budaya. “Denfest ke-14 ini kami laksanakan dengan penuh pertimbangan. Yang pertama Kota Denpasar sekarang sudah di zona kuning.  Kedua, kasus aktif di Kota Denpasar itu astungkara 0,02 persen. Lebih memotivasi kami untuk melaksanakan Denpasar Festival ini adalah tingkat capaian vaksinasi Kota Denpasar ini sudah di atas 100 persen dari jumlah penduduk,” paparnya.

Penampilan Tarian Bhawat Strotram dari perwakilan negara India.

 Pemberian ruang kreatif dalam rangka pelaksanaan Denpasar Festival ini pun banyak disyukuri oleh para seniman. Apalagi, di tengah pandemi, aktivitas kesenian tidak berjalan optimal. “Kami berdua tetap mengucapkan banyak terima kasih, apalagi di masa pandemi bisa ada acara seperti ini, kami rindu dengan acara seperti ini yang bisa mewadahi seniman. Kami berdua bangga ada wadah,” ucap I Putu Adis Putra Kencana selaku seniman lokal Sanur yang turut berpartisipasi menjadi penata tari Baris Slimpet Sanur. Baris Slimpet merupakan kolaborasi dua unsur kesenian Tari Baris Telek dan Baris Cina, dua tari sakral di Desa Sanur. Tari Baris Telek berada di Sanur bagian Utara (Sanur Kaja) menganut paham Siwa dan Tari Baris Cina berada di Sanur intaran bagian Selatan (Semawang) menganut paham Budha. Ketika Siwa dan Budha menyatu, akan menghasilkan sebuah ketenangan (keseimbangan) dalam jiwa.

Pementasan Baris Slimpet Sanur.

Tidak kalah menarik, ada pula penampilan dari negara-negara sahabat. Misalnya, Yosakoi dan Taiko Club Koryu yang dipersembahkan oleh negara Jepang. Gusti Ngurah Putra Suwantara yang karib disapa Ngurah selaku pembina Tari Yosakoi dari SMAN 8 Denpasar mengungkapkan alasan pihaknya dapat terlibat di perhelatan akhir tahun Denpasar Festival “SMAN 8 Denpasar mendapatkan juara I dalam ajang perlombaan Tari Yosakoi se-Bali, kemudian Ketua Yosakoi Bali meminta sebuah pertunjukan Jepang, karena Jepang sudah di Taiko-nya, jadi SMAN 8 mengambil Tari Yosakoi-nya” ujarnya. Ngurah mengaku merasa bangga karena SMAN 8 Denpasar berkesempatan berkolaborasi dengan negara sahabat, salah satunya Jepang. “Acara ini berlangsung setiap tahun agar bisa memberi semangat baru bagi pada seniman yang ingin berkarya dan menuangkan ide-idenya, mudah-mudahan selalu ada kesempatan,” tambahnya.

Keterlaksanaan Denpasar Festival ke-14 memantik antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Terdapat sekitar 70.448 penonton yang terhimpun dari tayangan secara daring program acara Denpasar Festival ke-14 di Kreativi Denpasar. Sementara itu, secara langsung, penonton terlihat tidak sedikit dalam setiap lokasi venue Denpasar Festival yang dilaksanakan. Ada pandangan menarik dari I Wayan Balawan, seorang maestro gitar asal Bali. Baginya, Denfest tidak hanya membangkitkan seniman, tetapi juga momen untuk mengedukasi penonton. Pemberian wadah yang beragam bagi semua musik dan kesenian di panggung hiburan Denpasar Festival dapat mendorong para penikmat musik untuk menyadari eksistensi musik lainnya. “Jadi kalau misalnya, kita tidak memberikan suatu tempat untuk musisi yang idealis atau bagaimana, selalu yang misalnya jazz aja atau rock aja muncul nanti generasi muda itu ukuran sukses itu hanya itu,” jelas Balawan sebelum penampilannya.  Oleh karenanya, perlu ada proporsi yang seimbang antara entertainment, edukasi, dan referensi kesenian.

Denfest Menggerakkan Ekonomi Lokal

Selain kemenangan harapan dari para seniman, pelaku UMKM juga membagikan ceritanya bagaimana Denpasar Festival memberi dampak bagi usahanya. I Made Sudiana, selaku pengelola destinasi wisata Taman Inspirasi Muntig Siokan, Pantai Mertasari, Sanur, misalnya. Terpilihnya Muntig Siokan sebagai salah satu lokasi perhelatan Denfest memberikan optimisme baginya dalam mengembangkan wisata Muntig Siokan. Apalagi, selama ini pengelolaan Muntig Siokan yang berbasis pemberdayaan warga Desa Adat Intaran membuat perputaran ekonomi lokal sangat terasa baginya. “Sebenarnya untuk denfest ini pertama kalinya kita dengan event besar ya sekelas denfest ya. Omset yang dirasakan luar biasa sekali. Pendapatan kami yang biasanya hari-hari, hampir tidak seperti saat ini, sampai denfest ada ya signifikan sekali pendapatan kami, contoh misalnya hampir 5 juta per hari sekarang 20 juta-an,” ujar Sudiana. Lebih lanjut ia mengatakan Muntig Siokan mempekerjakan 100 persen warga desa sekitar. Pengelolaan tempat wisata ini pun dilakoni oleh desa, utamanya Desa Adat Intaran, Sanur Kauh.

Seorang pembeli memesan pesanannya di salah satu UMKM di Muntig Siokan.

UMKM yang terpilih hadir di Muntig Siokan pun ditunjuk dari masayarakat sekitar yang memiliki UMKM. “Mereka merasakan sendiri dampaknya. UMKM itu hidup semua, jadi satu malam acara itu mereka bisa kewalahan handle pelanggannya,” ungkappnya seraya tersenyum. Sudiana juga mengati bahwa daya beli masyarakat sesungguhnya besar. Stimulus diperlukan untuk terjadi transaksi ekonomi, event-event layaknya Denpasar Festival dapat menjadi jawabannya. Belum jam ditutup, makanan sudah habis. “Jadi itu membuktikan bahwa pandemi ini tidak berpengaruh terhadap masyarakat lokal. Daya beli mereka luar biasa sekali,” lanjut Sudiana.

Rangkaian closing ceremony Denpasar Festival ke-14.

Lebih lanjut, Sudiana mengatakan bahwa Denpasar Festival dapat menjadi percontohan dalam menggerakkan perekonomian di tengah pandemi. Segala adaptasi yang dilakukan dapat berjalan efektif untuk tetap melibatkan para pelaku UMKM dan menggerakkan transaksi ekonomi selama hari pelaksanaan. “Dibukanya event-event seperti ini, UMKM-UMKM yang terbentuk karena akibat pandemi mereka dapat uang. Di sini mendapatkan hasil, interaksi dengan masyarakat menujukkan bahwa kami bisa bangkit,” kata Sudiana optimis.

Memacu Daya Tarik Pariwisata

Penyelenggaraan Denpasar Festival juga mendorong untuk meningkatkan daya tarik pariwata, baik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Acara-acara yang tersebar di beberapa lokasi ini pun mengangkat destinasi pariwisata di Kota Denpasar. Tidak hanya merasakan perputaran ekonomi yang deras, Muntig Siokan juga kian dikenal sebagai destinasi pariwisata. “Mereka (pengunjung) semua kaget di Denpasar ada tempat tujuan wisata baru. Kalau dulu mungkin dikenal tapi belum ditoleh seperti ini. Kemudian atas inisiator para panitia Denfest Muntig ini harus dikenal masyarakat Denpasar dulu,” ujarnya. Sudiana pun berharap Muntig Siokan dapat dikenal hingga nasional.

Pemandangan indah senja di Muntig Siokan, Pantai Mertasari, Sanur.

Sprit Arsa Wijaya sungguhlah memenangkan harapan para pihak yang terlibat di dalamnya. Melalui penyelenggaraan festival ini, segala potensi seni budaya para penghuninya, keindahan kota, destinasi wisata, dan lainnya. Tegas dan jelasnya, Denpasar Festival ke-14 menjadi pengungkit bagi sektor yang saling bertautan. Ada seniman yang kembali memacu pemikiran kreatif serta mendapat aktivitas kreatifnya. Sementara para pelaku UMKM optimis dengan bangkitnya perekonomian kerakyatan. Para pengelola destinasi wisata pun kian meraih eksistensinya. “Para seniman Denpasar benar-benar ada wadah setiap tahun. Mulai besok kita berpikir, tahun depan apa nih?” tutup Joni Agung seraya menantang inovasi Denpasar Festival pada tahun berikutnya.