Kisah kepiawaian Penari Legong, Ni Pollok, yang menginspirasi pelukis Le Mayeur terkenang sepanjang masa. Spirit Ni Pollok merasuk dalam penampilan tarian yang dipopulerkannya, Legong Bapang Durga khas Kota Denpasar, pada hari kedua di Pelataran Pasar Badung (22/12).
Dulu, Ni Pollok, istri dari sosok legenda seniman yang terkemuka di Sanur, Adrien-Jean Le Mayeur de Merpres kerap menarikan Legong Bapang Durga ini. Yang membuat unik, Tari Legong Bapang Durga memiliki teknik tarian khas, terutama pada bagian bapang yang dikenal berasal dari Desa Kelandis, desa kelahiran Ni Pollok. Penampilan yang ditampilkan oleh Dinas Budaya Kota Denpasar ini pun tampil apik dengan sorotan cahaya berbinar-binar di Pelataran Pasar Badung. Tarian ini menjadi salah satu agenda dari kesenian bebalihan di hari kedua Denpasar Festival ke-15 di Pasar Badung.
Salah satu penari Legong Bapang Durga, Dwi Wahyuning Kristiansanti, mengungkapkan bahwa penarian Legong Bapang Durga ini merupakan salah satu upaya melestarikan kesenian khas Kota Denpasar. “Kita ingin mengangkat kembali kesenian yang ada di Kota Denpasar jadi bisa dikenal oleh penerus generasi seni budaya kita,” ujar Dwi yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dinas Kebudayaan Kota Denpasar. Persiapan menarikan Legong ini menurut Dwi berjalan di bawah bimbingan maestro seni tari, Ketut Arini. “Bu Arini bilang kalau tari ini khasnya adalah sledet-nya, nah inilah bagian yang khas dari Legong Bapang Durga,” tambahnya.
Berlatarkan Patung Ratu Mas Melanting, terdapat kesenian lainnya yang turut memeriahkan Denfest, seperti Tari Legong Guak Macok Sanggar Cilinaya, Tari Topeng Sanggar Cita Winangun, Jegod Bumbung Tradisi dari Sekaa Joged Lumbung Sari, dan ditutup dengan guyonan yang dilontarkan Bondres STI Bali.
Sejak dimulai pukul 18.30 WITA, pertunjukkan bebalihan ini berkali-kali diguyur hujan. Para penonton silih berganti berhumpun dan membubarkan diri meneduh di bangunan sekitar. Meski demikian, acara tetap berlangsung tak menyurutkan para seniman yang akan tampil. Demikian pula bagi I Putu Ari Sujana, Ketua Sanggaar Cita Winangun dengan garapan Topeng-nya. “Pada kali ini, kami menampilkan garapan spesial untuk Denpasar Festival, dalam format topeng panca. Garapan ini menceritakan tentang sinar yang dimiliki oleh seorang pemimpin khususnya di Kota Denpasar itu yang akan kami angkat,” jelas Putu Ari sebelum penampilan sanggarnya. Hal ini tidak terlepas dari tema besar Denfest: Tejarasmi.
Inspirasi ini diterjemahkan melalui sajian drama tari topeng yang dikemas dalam cerita babad. Cerita babad ini berisi kritik serta pujian yang dikaitkan dengan kondisi kekinian pemerintahan Kota Denpasar bertajuk Ksatria Wireng Praja atau sosok pemimpin dengan karakter pemberani. Lebih lanjut, menyambungi garapannya, Putu Ari berharap siapapun sosok pemimpin pemerintahan Kota Denapsar agar senantiasa mampu mendatangkan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat, terutama para seniman.
Semakin malam, acara semakin meriah meskipun beberapa kali mengalah dari derasnya hujan. Para pengunjung yang hadir pun kembali bersemangat tatkala Joged Bumbung muncul dihadapan penonton. Seluruh kalangan usia pun asyik mengiringi joged tiga orang penari. Penampilan hari ini ditutup dengan gelak tawa dari tampilan Bondres STI Bali.