Di Panggung Gajah Mada, berbondong-bondong pengunjung datang menari dan bernyanyi bersama para penampil Denfest hari kedua (22/12). Acara pada sore itu dimeriahkan oleh penampilan Flash Mob Dance, aksi sulap, hingga musik DJ Koplo. Kegembiraan terus berlangsung meski acara sempat tertunda karena hujan.
Tak berhenti di hari pertama pembukaan, semarak pesta akhir tahun Denpasar Festival ke-15 berlanjut di hari kedua pelaksanaan. Kini Panggung Gajah Mada kembali dipenuhi oleh beragam penampilan menarik yang menghibur serta memukau pengunjung berkat kejutan-kejutan yang dibawakan oleh penampil.
Penampilan dance cover menjadi pemanis awal di Panggung Gajah Mada. Keterampilan olah tubuh dari dancer serta didukung oleh koreografi yang ciamik seakan membius seluruh pengunjung untuk merapat di sekitaran panggung Gajah Mada. Mereka turut menggunakan busana atau kostum layaknya idol untuk memaksimalkan penampilan di atas panggung.
Salah satu yang menjadi sorotan, yaitu penampilan dance cover yang dibawakan oleh kelompok bernama Phoenix Dance Class. Kelompok tari beranggotakan 5 laki-laki tersebut berhasil memukau seluruh pengunjung yang mengelilingi Panggung Gajah Mada. Tak hanya itu saja, menariknya kelompok ini turut membawa isu gender seputar seni tari.
Pramana, salah satu dancer dari Phoenix Dance Class mengenalkan seputar keunikan dari kelompok tari tersebut, “Dance Cover Phoenix itu lebih ke grup atau community yang mengcover KPOP girls, jadi ke cowok-cowok cross gender yang mengcover lagu-lagu KPOP yang cewek,” ucap Pramana dalam wawancara pada Kamis (22/12).
Ia pun turut memberikan pandangannya seputar isu gender yang diangkat dalam dance cover tersebut, “Kalau kita membicarakan permasalahan tari itu lebih mindset orang sebenarnya, karena dance itu kan masuk ke seni tari yang dimana kalau kita orang- rang awam yang belum paham banget mengenai seni mungkin pandangan orang berbeda gitu apalagi orang-orang yang homophobic mungkin, kalau dari sisi seni inilah seni yang sebenarnya gitu jadi ada hal uniknya, beda dari yang lain dan kita menghibur orang lain,” imbuh Pramana.
Bagi Pramana, seni tari merupakan seni yang tak terbatas dan bebas untuk dieksplorasi oleh setiap orang. “Setiap orang lebih suka hal – hal yang unik dan berbeda gitu, kebanyakan kalau orang cowok cover cowok mungkin udah biasa, cewek cover cewek mungkin udah biasa jadi kalau cowok cover cewek, cewek cover cowok mungkin itu hal yang luar biasa,” lanjutnya. Pramana pun berharap makin banyak ruang yang disediakan bagi penggiat seni khususnya dance cover dan dapat mendukung beragam talenta yang berpeluang terjun ke dunia KPOP.
Suasana sore di panggung Gajah Mada kian asik ketika komunitas Phoenix Dance Class menutup sesi penampilannya dengan Flash Mob Dance. Tak hanya diisi oleh komunitas tersebut, pengunjung yang mengetahui koreografi dari lagu yang mengalun maupun hanya sekedar menikmati suasana turut berpartisipasi dan saling mengambil bagian untuk menunjukkan kebolehannya dalam mengcover lagu KPOP tersebut.
Terjeda oleh hujan yang sempat mengguyur, panggung Gajah Mada kembali dipadati pengunjung yang terhibur dengan penampilan yang dipersembahkan oleh Trans Studio Mall. (TSM). Dimulai dengan tarian pembuka dengan enam penari berpakaian kuning dan merah persembahan dari TSM diakhiri dengan aksi sulap yang dibawakan oleh dua magician. Aksi konyol yang dibawakan oleh dua magician tersebut sontak membuat seluruh pengunjung tergelak.
Penampilan di panggung Gajah Mada, ditutup dengan DJ Koplo yang menghibur seluruh penonton dengan dendangan khas. Lampu dan dentuman musik yang keras seolah membius dan mengajak seluruh pengunjung untuk berdansa dibawah musik koplo, serta bersama – sama menutup indahnya malam di hari kedua pelaksanaan Denpasar Festival ke-15.