Posts

Semarak Denpasar Festival ke-15 telah sampai pada puncaknya. Beragam pementasan mulai dari Adiyogi Yogasana hingga peragaan busana turut mengisi panggung terakhir Denfest di pelataran Pasar Badung.

Perayaan pesta akhir tahun Denpasar Festival ke-15 telah sampai di penghujung rangkaian. Menyambut penutupan seluruh mata acara, Denfest pada Minggu (25/12) terlihat ramai oleh pengunjung yang tidak ingin melewatkan diri untuk merasakan suasana semarak Denfest tahun ini. Pelataran Pasar Badung pun turut bertambah ramai oleh masyarakat yang sekedar berkunjung ataupun menantikan pementasan terakhir di panggung pelataran Pasar Badung.

Beragam mata acara turut memanjakan masyarakat yang setia menanti pementasan yang terjeda kembali oleh gerimis hujan. Hingga suara pembawa acara menggema di seluruh pelataran, masyarakat langsung dengan sigap mencari posisi terbaik untuk nantinya dapat menikmati keseluruhan acara di atas panggung dari posisi tersebut.

Adiyogi Yogasana persembahan dari Konsulat Jenderal India menjadi suguhan pembuka bagi masyarakat di Pelataran Pasar Badung. Olah tubuh yang dinamis serta suasana rintik hujan memberikan nuansa tenang dikala penampilan diatas panggung. Beragam gerakan seolah ingin menyampaikan sebuah rasa dari kegiatan yoga itu sendiri. 

Yoga – Penampilan Adiyogi Yogasana oleh Konjen India sebagai pembuka acara di panggung pelataran Pasar Badung (25/12)

Persembahan Konjen India berlanjut dengan penampilan Odissi Fusion yang dibawakan oleh beberapa orang tim. Uniknya,  tarian ini tidak hanya menyuguhkan tarian dengan musik India, namun juga diberi instrumen berupa musik barat seperti Ed Sheeran yang dikolaborasikan dengan olah tubuh tarian India. Navin Meghwal selaku konseptor sekaligus Director SVCC Bali turut menyampaikan konsep yang diusung dari penampilan Konjen kali ini, “Konsep tarian malam hari ini konsep dimana tari ini tari India ada tari Bali dan di mix dengan musik barat itu untuk mengajak audience menikmati lebih enjoy meski ini tarian klasik tapi bisa dinikmati dengan cara yang berbeda” ucap Navin pada wawancara Minggu (25/12). 

Tari – Penampilan tari yaitu Odissi Fussion sebagai persembahan kedua dari Konjen India (25/12)

Navin beserta seluruh tim dari pusat kebudayaan India turut ingin menyampaikan pesan kepada seluruh pengunjung melalui penampilan Adiyogi Yogasana dan Odissi Fussion tersebut, “tidak ada batasan jika kita berbicara tentang kebudayaan, kebudayaan itu sangat besar, luas dan kita bisa menjadi keluarga di satu wadah kebudayaan” tutup Navin pada wawancaranya.  

Semarak di pelataran Pasar Badung tak berhenti sampai disana, kini berlanjut dengan penampilan dari komunitas cosplay Bali yang menampilkan beberapa talent yang berpakaian menyerupai karakter kartun Jepang, beberapa diantaranya merupakan salah satu pemenang dari Coswalk Competition yang diadakan di hari ketiga Denfest.

Cosplay – Penampilan dari komunitas Cosplay Bali di pelataran Pasar Badung

Panggung kian meriah dengan penampilan dari 5 Besar costum carnival di D’Youth Festival. Masing – masing model berlenggang dengan anggun diatas panggung dengan menggunakan kostum unik yang mengandung makna di tiap ukirannya.  I Nyoman Agus Hari Sudama Giri selaku konseptor dari dua kostum yang turut tampil di panggung pelataran Pasar Badung menceritakan konsep dan inspirasi dari kostum yang ditampilkan, “dalam penciptaan konstum karnaval pada malam hari ini saya ingin membuat kostum dengan konsep modern tetapi dengan menggunakan pakem – pakem kesenian tradisi kita di Bali yang sudah ada jadi ada konsep hiasan tangan maupun ampok – ampok dan lamak akan tetapi beberapa kemasan desain saya buat sekekinian mungkin berdasarkan konsep – konsep yang sudah menjadi darah daging kita di Bali” ucap Agus ketika ditemui pada Minggu (25/12). 

Kostum – Penampilan costum carnival dari 5 besar D Youth Festival

Dua kostum yang diberi nama yaitu “Ayu Mas Petak” dan “The Queen of Memedi” yang dikonsep oleh Agus Hari tak hanya menampilkan estetika tetapi juga memiliki makna tersendiri di tiap ornamen – ornamen yang dipasangkan di konstum tersebut. Salah satunya yaitu Ayu Mas Petak dengan ornamen yang terbuat dari ental  ini disampaikan oleh Agus Hari sebagai interpretasi dari landasan di Bali yang dahulunya menggunakan lontar sebelum ditemukannya buku untuk menulis. Dominasi warna putih pada kostum Ayu Mas Petak ini pun juga memiliki makna tersirat yaitu diceritakan oleh Agus Hari sebagai simbol pesan yang mengandung kepada wanita bagaimana wanita dalam menjaga kesuciannya. 

Berlanjut, pengunjung pun turut dikenalkan kembali dengan rasa budaya melalui sebuah peragaan busana DEKRANASDA Kota Denpasar yang didukung oleh ISI Denpasar dan IDB. Satu persatu model menunjukkan kostum dengan balutan kain endek yang dimodifikasi menjadi berbagai model, turut memukau pengunjung yang berada di sekitar panggung. 

Busana – Penampilan peragaan busana DEKRANASDA Kota Denpasar didukung ISI Denpasar dan IDB

Komunitas seni Naluri Manca turut berpartisipasi dalam mengajak pengunjung berdansa melalui sebuah penampilan Flasmob. Semarak penampilan komunitas yang disambut meriah oleh masyarakat tersebut turut menutup perayaan cahaya keindahan Tejarasmi pada malam terakhir Denpasar Festival di panggung pelataran Pasar Badung. 

Hampir seharian Kota Denpasar diguyur hujan pada Jumat (23/12). Meski demikian, pengunjung tidak surut datang ke Denpasar Festival ke-15 pada hari ketiga. Terlebih, adanya pemutaran film Denpasar Sineas Festival seolah menyuguhkan kehangatan di tengah malam yang dingin. Di sisi lain, ada pula penampilan musik di Lapangan Puputan Badung yang harus pindah ke Gedung Dharma Negara Alaya karena faktor keselamatan bersama. 

Menonton – para pengunjung memenuhi bangku penonton di Wantilan Inna Heritage.

Memasuki tahun kedua pelaksanaan, Denpasar Sineas Festival merupakan gelaran kreatif perfilman yang dilaksanakan sebagai salah satu program acara di Denpasar Festival. Berisi dengan penayangan film serta talkshow, Denpasar Sineas Festival berupaya mengakomodir dan mendukung geliat karya kreatif para pembuat film (sineas) berbakat dan memberikan ruang kepada masyarakat dalam menikmati karya-karya film yang telah dihimpun. Menurut penjelasan A.A. Ngr Bagus Kesuma Yudha, selaku Koordinator Denpasar Sineas Festival, terdapat 50 film yang berhasil terhimpun dari seluruh Indonesia untuk ditayangkan di Wantilan Inna Heritage Hotel, Denpasar. “Tahun inin  Denpasar Sineas Festival cukup berbeda dengan tahun lalu karena tahun ini terpusatnya di Gajah Mada. Dari sega tema juga sekarang kita lebih bebas, sehingga kita bisa menjaring submit film sebanyak 50 dari seluruh indonesia. Jadi ada tiga kategori, dokumenter, fiksi, dan animasi akhirnya memeriahkan Denpasar Sineas Festival ini dengan 44 film yang terkurasi,” terang pria yang karib disapa Gung Yudha itu. 

Pemutaran film pun dimulai pukul 19.00 WITA dengan menayangkan lima film, yakni Meburu, Warisan Cita Rasa Bali – Bali, Rahayu, Loloh Cem-Cem, dan Pulau Plastik. Pada saat pemutaran film Meburu, terlihat kursi penonton dipenuhi oleh para pengunjung yang bertandang ke Denpasar Festival. Sembari menikmati makanan masing-masing, mereka menonton film yang berdurasi satu jam tersebut. Film Meburu merupakan sebuah film dokumenter budaya kolaborasi kampus IDB Bali dengan Desa Adat Panjer yang membingkai tradisi Meburu khas Desa Adat Panjer. Lebih lanjut, tradisi ini dirayakan satu tahun sekali tepat sehari sebelum nyepi atau saat Tawur Agung Kesanga bersamaan dengan dilakukannya pawai ogoh-ogoh. Ritual ini memperlihatkan beberapa pemangku yang terpilih sebagai medium penghubung Roh kemudian melakukan perburuan. ‘Mereka’ akan berlari mencari Caru (sesajen) ke arah Pura Tegal Penangsaran dan berakhir pada proses Nyomya atau melebur ke alam masing-masing. 

Talkshow – selepas pemutaran film terdapat talkshow bersama para praktisi dunia audiovisual.

Bagi Gung Yudha, film-film yang terkurasi pun difokuskan kepada kedalaman cerita. “Jadi tidak melulu karena standar teknis. Bahkan, ada juga film-film dari pelajar yang masuk ke program acara Denpasar Sineas Festival,” imbuhnya. Pemutaran film yang dilaksanakan pada wantilan terbuka menemukan tantangannya tersendiri, apalagi segmen penonton yang lebih acak. Ini pun meberikan wawasan dan pengalaman baru bagi para pelaksana. “Kita lihat beberapa audiens itu suka genre seperti apa. Film yang awalnya disangka ramai ternyata nggak, kemudian ada juga film yang disangka tidak ramai ternyata ramai. Contohnya, film Meburu, film ini menggunakan Bahasa Bali halus, sedikit Bahasa Indonesia dan Inggris. Ternyata tadi banyak yang masih mau stay melihat film itu dari awal sampai akhir mungkin ada kedekatan secara sosiologisnya maupun geografisnya,” tambah Gung Yudha. Meski demikian, Denpasar Sineas Festival menambah variasi kegiatan pengunjung Denpasar Festival. 

Acara pemutaran film pun berlanjut dengan Talkshow bersama praktisi dunia audiovisual. Kali ini ada Talkshow “Menjadi Eksis Nan Lucu di Medsos? Kenapa Engga?” yang menghadirkan Itakimo dengan dipandu oleh moderator Arya Pinatih. Itakimo yang kerap menggarap konten komedi pun menunjukkan kelucuannya selama keberlangsungan Talkshow dan mengundang gelak tawa dari penonton. Talkshow membahas tentang dibalik layar pembuatan konten dari @itakimo_bali. Itakimo Bali yang terdiri dari Eka Kadalora alias Kadal, I Wayan Ivan Wahyu Praditya, I Ketut Roja Sudarsana, dan Budi Astawa mencaritakan bahwa mereka wajib mengirimkan masing-masing Dua ide untuk dibahas dalam satu minggu. Setelah itu, ide-ide tersebut akan dikemas dalam tiga konten per minggu. 

Bali Guitar Mob – pementasan musik gitar kolosal yang berpindah ke Gedung DNA.

Berpindah ke panggung musik Lapangan Puputan Badung, terdapat penampilan musik dari Sekolah Musik Sangaji, Balawan Music Training Cantre, Dunky, Psychomachine, Pherona, Super Soda, Bali Guitar Mob, GAG, Hydra, Triple X, dan Navicula. Namun, karena hujan melanda tanpa jeda, penampilan musik pun dipindah ke Gedung Dharma Negara Alaya keesokan harinya pada Sabtu (24/12). Gusti Bagus Wisatawan atau yang akrab disapa Wis, gitaris Hydra dan Vlaminora mengaku pementasan Bali Guitar Mob ini melibatkan sebanyak 30 orang gitaris berbakat di Bali. “Pertama kali saya dan teman-teman dimandatkan untuk pelaksanaan Bali Guitar Mob, langsung terbit ide mementaskan gitar kolosal di Bali. Tapi mengedepankan gitaris muda tanpa meninggalkan gitaris yang senior juga,” ujar koordinator pementasan Bali Guitar Mob itu. Keterlibatan 30 orang tersebut ialah berasal dari komunitas organik yang terbentuk dari aktivitas kreatif dunia musik di Bali. Adapun bassist band Hydra yang juga menjadi penata musik Bali Guitar Mob mengatakan penampilan mereka kali ini menghadirkan genre musik rock. “Genrenya menyesuaikan gitaris yang terlibat kebanyakan gitaris rock. Jadi kita mengcover tiga lagu rock,” ujar Zio. Adanya Guitar Mob ini diharapkan oleh Wis dapat menjadi awal soludaritas komunitas gitar di Bali. “Kita ingin kita bisa lebih solid. Jadi nanti bisa berkarya bareng-bareng.” tutup Wis berharap. 

Konser musik – beberapa band berpindah tampil dari Lapangan Puputan Badung ke Gedung DNA.

Rintik hujan di Lapangan Puputan tak langsung menghentikan semangat musisi-musisi Bali dalam menampilkan karya terbaik mereka. Dimulai dari membawakan musik bergenre pop hingga metal, seluruh musisi yang hadir mengguncang kemeriahan panggung di Teater Taksu, Gedung Dharma Negara Alaya.

Pelaksanaan Denfest hari keempat nampak berbeda dengan sebelumnya, rintik hujan yang mengguyur wilayah lapangan puputan rupanya tak lelah untuk menyapa hingga hari keempat pelaksanaan Denfest. Pementasan musik yang semula direncanakan berlangsung di lapangan puputan pun turut mengalah akan sapaan hujan yang terus ingin jatuh.  

Dharma Negara Alaya menjadi salah satu panggung bagi seluruh musisi kreatif Bali untuk tampil pada pementasan musik di hari keempat Denpasar Festival ke-15. Mulai dari anak – anak hingga orang dewasa turut menyemarakkan pementasan musik di hari keempat ini. Genre musik yang dibawakan pun beragam, mulai dari pop hingga metalica seluruhnya berhasil mengguncang panggung Dharma Negara Alaya. 

Pementasan musik diawali oleh paduan suara anak – anak dari sekolah musik Farabi. Warna dari tiap suara yang berbeda, bersatu padu menciptakan harmoni yang memanggil seluruh pengunjung untuk datang dan menyaksikan secara langsung pementasan musik di Dharma Negara Alaya.  Pementasan musik terus berlanjut dengan penampilan musik pop era 2000an yang dibawakan oleh remaja – remaja dari Debeat Music Course, dan dilanjutkan dengan penampilan oleh Sanur Voice, Sunary Rocker, dan White Rose.  

Paduan Suara – Penampilan paduan suara yang dipersembahkan oleh Sekolah Musik Farabi

Panggung DNA kian pecah dikala musik dengan genre metalica dari Old Taro menggema di seluruh ruangan. Personil Old Taro dengan jiwa yang membara berhasil mengguncang panggung DNA. Panggung terus berlanjut dengan penampilan musisi lainnya, seperti Dejavu dan Ballbreaker yang membangkitkan semangat seluruh penonton untuk bernyanyi bersama. 

Metal – Penampilan grup musik Old Taro yang memeriahkan panggung DNA dengan musik genre metal

Berlanjut, pengunjung diajak hanyut dalam pementasan musik yang dibawakan oleh Nyanyian Dharma. Alunan musik pop dengan konsep yang berbeda serta lirik – lirik dari lagu yang dibawakan menjadi daya tarik dari musik Nyanyian Dharma,”konsep musik Nyanyian Dharma  lebih ke pop sebenarnya ya cuman liriknya lebih tentang agama semuanya basik musiknya pop” ucap Dewa Budjana selaku produser dari Nyanyian Dharma.  

Dewa Budjana turut menyampaikan apresiasinya terhadap musisi di Kota Denpasar yang turut serta tampil pada panggung DNA di hari keempat Denfest ini, “saya melihat banyak banget musisi di Denpasar yang bagus – bagus muda – muda tadi juga bareng main dengan Bali Gitar Mob para pemain gitar di Bali ada yang umur 11 tahun 14 tahun dari yang umur muda sampai umur yang jauh lebih tua generasinya bermacam – macam dan hebat – hebat semuanya” tutupnya pada wawancara Sabtu (24/12). 

Pop – Nyanyian Dharma tampil dengan musik bergenre pop yang dibalut dengan nuansa musik keagamaan

Panggung musik di Dharma Negara Alaya ditutup oleh suara khas dari Jun Bintang bersama Bintang Band yang hadir untuk memeriahkan semarak pesta akhir tahun ke-15 tersebut. Semangat yang dibawakan oleh Bintang Band tersalurkan ke seluruh penonton baik di DNA maupun di Lapangan Puputan melalui lagu – lagu khas anak muda. Jun Bintang turut menyampaikan apresiasinya atas perayaan Denpasar Festival yang turut memberikan ruang kepada musisi – musisi di Bali khususnya Kota Denpasar, “ini bentuk kepedulian pemerintah dalam memanjakan masyarakat,  ga semua orang punya waktu untuk nonton ke Denfest jadi bikin live streaming, menempatkan banyak titik – titik untuk memberikan hiburan kepada masyarakat menurut saya itu keren menjadi hal yang bagus cuma memang cuacanya yang tidak mendukung begitu ada pemindahan lokasi saya bersyukur akhirnya memang betul hari ini memang hujan tapi di live streaming jadi temen – temen di lapangan puputan juga bisa nonton” ucap Jun Bintang selaku vokalis dari Bintang Band. 

Bintang Band – Persembahan dari Bintang Band sebagai penampilan penutup di panggung Dharma Negara Alaya

Diakhir wawancaranya Jun Bintang turut menyampaikan pesannya kepada seluruh anak muda serta musisi – musisi lain yang tengah berkarya, “harapan saya pada ruang – ruang publik, menghibur masyarakat untuk berekspresi bukan hanya di panggung – panggung besar, panggung – panggung kecil pun bisa di Pasar Badung, di Renon, di Puputan dan sebagainya, jadi bibit – bibit kecil itu amat sangat membantu musisi – musisi yang ingin banyak dapat gig, bukan hanya menunggu event, tapi hal – hal kecil itu terus diberikan ruang oleh pemerintah dan saya yakin Denpasar pemerintahnya sudah mensupport banget seniman bukan hanya musisi, semoga dalam kepemimpinan bapak Walikota terus bisa bersinergi dengan seniman – seniman di Denpasar” tutupnya.  

Kadek Agus Arya Wibawa selaku Wakil Walikota Denpasar yang turut hadir dalam pementasan musik di panggung Dharma Negara Alaya turut menyampaikan alasan pemindahan pementasan musik dari lapangan Puputan ke panggung DNA, “kita dari pemerintah kota sangat mengapresiasi karena memang rencana awal  pelaksanaan musik itu kan ada beberapa titik di lapangan yang pertama di Puputan, kemudian yang kedua di stage Gajah Mada, dan yang terakhir di Pasar Badung dengan melihat cuaca seperti ini kita dari pihak panitia penyelenggara itu mengambil inisiatif untuk memindahkan dan live streaming yang bisa disaksikan di sekitar kawasan Gajah Mada, oleh karena itu tadi saya sempat menengok menyaksikan beberapa pertunjukan sehingga teman – teman dan musisi yang tampil merasa lebih semangat untuk tampil di Denpasar Festival ini” ucap bapak Agus Arya Wibawa pada wawancara Sabtu (24/12). 

Wawancara – Kadek Agus Arya Wibawa selaku Wakil Walikota Denpasar menyampaikan apresiasinya terhadap musisi – musisi yang tampil di panggung Dharma Negara Alaya

Beliau pun turut menyampaikan harapannya terhadap perkembangan musisi – musisi di Kota Denpasar, “saya berharap kreativitas dalam bermusik itu tidak boleh berhenti kemudian kita selalu tingkatkan dan pemerintah kota akan selalu memfasilitasi kegiatan – kegiatan kreatif dari para musisi Kota Denpasar.” tutup Arya Wibawa.