Selain sebagai ruang untuk mengekspresikan kebolehan dalam seni musik dan tari, Denpasar Festival ke-16 juga hadir sebagai wadah untuk memamerkan desain busana etnik Bali teranyar pada Fashion Show bertajuk “Swarnakara”.
Perhelatan fesyen di Denpasar Festival selalu dinanti-nanti tiap tahunnya karena tanpa henti memberikan panggung kreativitas sekaligus apresiasi bagi para desainer. Kegiatan tersebut dilaksanakan dua hari berturut-turut yaitu pada Sabtu (23/12) dan Minggu (24/12) di Pelataran Lobby Inna Bali Heritage Hotel. Total terdapat 20 desainer asal Bali yang berkesempatan untuk mengenalkan desain unggulannya di panggung Denfest ke-16 ini.
Perhelatan tersebut mengambil tema “Swarnakara” yang memiliki makna sebagai harta karun di masa keemasan atau kejayaan, harta karun tersebut tertuang dalam bentuk wastra yang kemudian dieksplorasi oleh desainer Kota Denpasar sehingga menjadi produk yang membuat sang pemakai dapat mengeluarkan aura keemasan.
Panggung peragaan busana tersebut diinisiasi oleh Dinas Perindustrian Dan Perdagangan (Disperindag) Kota Denpasar serta didukung oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Denpasar. Tak hanya memamerkan karya terbaiknya di pemanggungan, beberapa desainer tersebut turut menyemarakkan stand UMKM fesyen yang tersebar di Jalan Veteran dan Jalan Gajah Mada. “Kegiatan ini sebenarnya ajang untuk unjuk kreasi dari para desainer dan UMKM kota denpasar, Disperindag mencoba merangkul UMKM yang ada di Denfest,” papar Dewi Estede selaku Koordinator Mata Acara Fashion Show Denpasar Festival ke-16.
Pada hari pertama, terdapat 9 UMKM yang menunjukkan karyanya, diantaranya adalah Anacaraka, A2 Ayu Kebaya, Baliwa Songkat, Pramada, Anyar, Bali Puspa, Bali Nusa, Rhea Cempaka, dan Taksu Design dihadapan Penjabat Ketua Dekranasda Provinsi Bali yaitu drg. Ida Mahendra dan Ketua Dekranasda Kota Denpasar yatu Sagung Antari Jaya Negara. Namun, sebelum model berjalan di atas pemanggungan, acara dibuka dengan penampilan yang memukau dari Gumi Art. Kemudian, mulailah satu per satu model berlenggak-lenggok mengenakan karya desainer Bali yang amat beragam seperti songket, kebaya, hingga endek dengan berbagai motif. “Jadi disana ada desainer dan pengrajin, kita kolaborasikan menjadi satu dan ditampilkan, itu adalah produk ready to wear seperti endek, songket, kebaya, ada juga modifikasi lainnya seperti kebaya lukis kemudian, gambar wayang dengan teknik printing,” tutur Dewi.
Disisi lain, hari kedua tak kalah menarik karena turut menghadirkan karya terbaik dari 11 UMKM unggulan Kota Denpasar, diantaranya ialah Dewata Busana, Artini Kebaya, Gexoya Kebaya, Kesara Bali, Ayu Khirana, Prana Bali, Regina Fashion, Kinara Busana, Primadona Mode, Tri Agung Busana, dan Raga Busana. Dra. Pande Fitri Iryawati yang merupakan salah satu desainer dengan brand Prana Bali turut mengungkapkan perasaannya ketika dipercaya untuk menampilkan busana miliknya, “Sangat membantu ya, mungkin dengan adanya event ini disini kita mendapat buyer baru, customer baru, banyak relasi baru terus dapat pengalaman baru dari orang-orang sekitar kita juga dan bisa ketemu lalu sharing,” paparnya.
Prana Bali menampilkan lima buah busana endek dengan mengusung konsep ready to wear yang memiliki keunikan tersendiri yaitu memadupadankan endek dengan jeans. “Endek itu kesannya tidak harus formil terus supaya anak muda pun bisa pakai endek. Jadi kita tidak takut menggunakan motif-motif seperti tenun bali, tadinya kesannya formil dan kekantoran jadi kita buat sesuatu yang anak muda pun mau pakai,” ungkap Pande Fitri.
Disisi lain, Andy Soe selaku koreografer dari sang model, turut menuturkan pendapatnya pada acara fesyen tersebut, “Kegiatan ini sangat bagus untuk generasi lebih muda untuk mengenal wastra Bali, kemudian UMKM lebih maju dengan event seperti ini, semoga bisa terus berkelanjutan agar UMKM dan model potensial ada wadah khusus untuk tampil atas nama Bali, tutup Andy.