Perhelatan Denpasar Festival hari keempat bertempat di Wantilan Desa Adat Poh Gading pada (13/12) dirangkai dengan penampilan seni karawitan para seniman lokal Denpasar Utara. Mereka ialah Sanggar Cilinaya, Sanggar Abyudaya, Sekaa Gambang Utara Yana, dan Sanggar Alit Semara Dahana.
Dimulai pukul 19.00 WITA, alunan gamelan mulai terdengar di kawasan Wantilan Desa Adat Poh Gading. Masih diadakan di tempat yang sama, tidak mengurangi antusiasme masyarakat untuk menyaksikan perhelatan Denpasar Festival ke-14. Beberapa seniman lokal dari Denpasar Utara turut terlibat pada Denfest ke-14, diantaranya Sanggar Cilinaya yang menampilkan Tabuh Godeg Miring, Tabuh Bakti Marga, dan Tabuh Telu Batur Sari.
Tak hanya itu Sanggar Abyudaya, Sekaa Gambar Utara Yana, dan Sanggar Alit Semara Dana juga turut menampilkan keahliannya di atas panggung. Agung Ngurah Ketut Suparta selaku Bendesa Adat Desa Poh Gading mengaku merasa bangga karena bisa terlibat langsung dalam perhelatan Denpasar Festival ke-14. “Jadi apa yang diharapkan Bapak Wali Kota di dalam pemerataan seluruh kecamatan yang ada di Kota Denpasar tentunya saya mengapresiasi dan berterimakasih kepada beliau,” ucapnya. Selaku Bendesa Adat, ia juga mengaku telah mengerahkan atribut-atribut desa, salah satunya adalah pecalang.
“Respon masyarakat terkait pelaksanaan dengan konsep nyatur desa sangat luar biasa,” ujarnya. Ia juga menambahkan bahwa seniman-seniman lokal memberikan tanggapan yang positif karena sudah hampir dua tahun tidak mengikuti ajang silaturahmi seni budaya. “Kami sudah menghimbau masyarakat terkait pelaksanaan Denfest dengan konsep desentralisasi,” tambahnya ketika ditanya terkait sosialisasi pelaksanaan Denfest ke-14. Dengan adanya Denfest, Bendesa Adat Desa Poh Gading juga mengharapkan masyarakat bisa lebih mudah dan lebih berkreasi di dalam membina Sekaa yang ada di kota Denpasar.
Lebih lanjut, I Nyoman Widiana atau yang kerap disapa Mang Widhi selaku pembina Sanggar Abyudaya juga mengaku bangga karena bisa turut aktif memeriahkan Denpasar Festival ke-14. Sanggar Abyudaya mengerahkan 8 orang seniman dan menampilkan Tabuh Slonding yang biasanya selalu dimainkan untuk mengiringi upacara Dewa Yadnya. Selain itu, Sanggar Abyudaya juga menampilkan Tari Topeng Tua yang diiringi oleh Tabuh Slonding. Ia mengatakan dengan waktu latihan yang singkat tidak menyurutkan antusiasme penampil. “Besar harapan saya agar tahun depan Denfest tetap berjalan dengan normal jika situasi memungkinkan dan bisa menampilkan kesenian tradisi agar bisa diketahui banyak orang” ujarnya.
I Wayan Juana Adi Saputra atau yang dikenal dengan nama Dadong Rerod juga berkesempatan menjadi pengisi acara dalam Denfest tahun ini. Senyum sumringah tampak di wajahnya ketika ditanya mengenai perasaannya terlibat di Denfest ke-14. “Luar biasa dan kepada pemerintah begitu prihatinnya dengan para seniman di tengah pandemi.” ujarnya
Kondisi ini diungkapkannya sebab telah selama kurang lebih 2 tahun vakum dari pementasan yang disaksikan khalayak ramai. Ia pun bersemangat menampilkan penampilannya pada Denfest. “Sangat senang banyak yang datang, antusiasme masyarakat antusias untuk datang itu menunjukan mereka rindu sekali dengan pementasan.” tambahnya.
Sebagai pelaku seni, ia juga berharap agar Denfest selalu diadakan tiap tahunnya dan dapat menggali potensi kemudian dikemas dalam bentuk kekinian, sehingga generasi milenial tetap memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni tradisional.
Geliat Pemutaran Indie Movie Tak Kian Surut
Denpasar Sineas Festival juga terus terselenggara di Gedung Dharma Negara Alaya. Pemutaran indie movie, bedah film, dan diskusi kian menyemarakkan Denpasar Sineas Festival. Adapun indie movie yang ditayangkan hari ini meliputi Tutur Kota dan penayangan indie movie dari Komunitas Minikino meliputi On The Fringes, Angpao, Moksa (Remarkable Journey To The End), Maria Ado’e ( Poor Maria), Tresno Waranggono, Abri Masuk Desa.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!