Panggilan berkreativitas telah mendasari sebuah kelompok untuk kokoh berdiri di tengah arus perubahan masyarakat. Naluri Manca, hadir dan merekah menyebarkan tradisi dan modernisasi yang berjalan beriringan menuju sebuah adaptasi. Tak payah mengenalkan berbagai kreasi dalam persembahan seni pertunjukan dari Bali, untuk Indonesia dan seluruh dunia.
Manusia dalam bertindak tak luput dari dorongan motivasi yang mengantarkan mereka ke sebuah perjalanan dalam menemukan jati diri. Begitu pula dengan seni yang telah mendarah daging dalam tubuh manusia dan seolah memanggil sosok-sosok yang siap menjawab panggilan tersebut. Naluri Manca, sebuah komunitas seni hadir di tengah masyarakat Kota Denpasar sebagai bentuk panggilan hati, bergerak menyediakan ruang kreatif bagi anak-anak muda dalam mengasah pemikiran dan kemampuannya dalam bidang seni dan budaya.
Naluri Manca dimaknai sebagai simbolis kekuatan psikis alam bawah sadar dan berpadu dengan lima unsur penjuru mata angin. Makna ini direpresentasikan melalui lima sosok kreatif dibalik pencetus komunitas seni ini. Ialah Ida Bagus Eka Haristha, Adhis Putra Kencana, I Nyoman Agus Triyuda, Putu Prama Kesawa, dan Kevin Dian Muliarta yang memulai kolaborasi seni mereka di Naluri Manca.

Pencetus – Lima sosok kreatif sebagai pencetus berdirinya komunitas Naluri Manca
Pemikiran yang berbeda justru menjadi peluang berkreasi bagi Ida Bagus Eka Haristha, yang kerap disapa Gus Eka, kala ditemui pada Rabu (7/9). “Saya waktu itu berpikir seperti ini, suatu ruang yang tercipta dengan adanya komunitas ini kita bisa berkolaborasi dan membuat suatu karya yang lebih kreatif lagi karena kita bisa lintas disiplin ilmu. Itu terpikir ide dari saya, kemudian saya mengajak teman-teman, lalu mereka sepakat membuat itu (Naluri Manca -red),” ujarnya bercerita.
Mengemas Seni dalam Beragam Segmen
Setelah berkomitmen untuk mendirikan Naluri Manca, mereka tak pernah jemu untuk tetap luwes beradaptasi dengan perubahan zaman. Naluri Manca turut mengembangkan komunitasnya untuk dapat terus bersaing menjawab tantangan global sehingga kian eksis. Gus Eka memandang, Naluri Manca dari segi karya lebih kepada seni pertunjukkan dan mengembangkan karya seni glow in the dark sebagai identitas pertunjukkan seni mereka.
Lebih lanjut, seni pertunjukkan Naluri Manca pun terbagi dalam segmen kesenian lainnya, seperti seni tradisi, seni religi, seni kontemporer, seni modern dan inovatif, kolosal, dan maih banyak lainnya. “Jadi seni tradisi kita pandang sebagai pakem dan modal. Modal tersebut bisa kita kembangkan ke dalam sisi bisnis hingga dari segi karya. Kalau dari segi karya, jika ada modal tradisi, kita bisa mengembangkannya menjadi karya kolaborasi tanpa merubah pakemnya,” lanjut Gus Eka menjelaskan.

Karya – Salah satu karya Naluri Manca yang ditampilkan di depan khalayak
Ke-luwes-an prinsip berkarya Naluri Manca lah yang membuat mereka dapat menaungi berbagai minat dan bakat generasi muda dalam berkesenian dan ingin mengemaskan dalam berbagai segmen kesenian. Alasan itulah pula yang membuat Naluri Manca terus bertumbuh semenjak didirikannya pada dua tahun yang lalu. “Komunitas di bawahnya ada kepala bidang, di bawah kepala bidang ada bidang, bidang dibagi menjadi lima, bidang partnership sistemnya dia yang ke eksternal, bidang edukasi sebagai knowledge, ketiga ada SDM, industri kreatif yang merupakan nafas Naluri Manca, kelima ada kominfo,” tutur Gus Eka.
Bidang-bidang yang diciptakan oleh kelima sosok inspiratif tersebut bagi mereka merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa seni dapat dinikmati dalam berbagai bentuk, baginya seni tidak hanya melulu perihal pertunjukan tetapi juga dapat dikemas dalam berbagai produk lain yang tak kalah menarik seperti buku, majalah, hingga pameran.
Giat Menjaring Anak Muda dari Berbagai Elemen
Komunitas seni yang kini telah beranggotakan 70 orang tersebut diwarnai dengan anak-anak muda dari berbagai elemen. “Untuk sekarang ini dari inti, pengurus ada 20 orangan tapi secara general kami ada 70 orang. Itu kalangan SMA ada, kalangan kuliah juga ada, dan kalangannya semua beda-beda ada akunting, ada administrasi, ada sastra Indonesia, anak SMK, teruna teruni, bahkan mayoritas anak tari sedikit karena saya lebih proper ke orang yang organisasi,” ucap Gus Eka.

Komunitas – Naluri Manca sebagai salah satu komunitas yang giat menjaring anak – anak muda untuk bersama berkarya di dalam komunitas
Sumber daya manusia merupakan salah satu unsur penting bagi Naluri Manca, tak hanya dari fokus kesenian saja, komunitas ini membuka secara lebar anak-anak muda dari berbagai elemen yang sama-ama memiliki minat dalam mengembangkan sebuah kesenian. Hal tersebut turut menjadi penggait minat generasi muda bahwa budaya merupakan milik semua orang. Tak hanya berasal dari peminatan seni belaka, tetapi juga diisi oleh berbagai elemen orang-orang dengan keahliannya masing-masing.
“Kalau saya menarik orang seni di Naluri Manca pasti yang lain semakin tidak terjangkau, ketika SDM yang ada di Naluri Manca itu seniman saja otomatis yang lain tidak terjangkau, saya tidak mau mencapai hanya satu circle saja, yang gak bisa nari dia bisa berjualan yang bisa nari dia bisa sebagai pekerja, terus yang kreatif buat ogoh-ogoh atau teknologi dia bisa menjadi industri kreatifnya,” imbuhnya.
Ukir Prestasi, Harumkan Nama Bali
Bergerak melalui visi “Merakit untuk bangkit melalui spirit penggalian, pelestarian, pengembangan seni budaya lokal hingga ke mancanegara” turut mengantarkan Naluri Manca untuk melenggang di kancah regional, nasional, hingga internasional. Hal tersebut dibuktikan melalui penampilannya pada salah satu ajang pencarian bakat, Indonesia Got Talent tahun 2022 dengan usia yang masih terbilang belia. “Ketika di Indonesia Got Talent itu gak gampang, dalam waktu seminggu kita berpikir dan berembug. Kemudian, kita tertarik dengan konsep glow in the dark, dan eksplorasi bentuk serta koreografi,” ungkap Gus Eka.

Kreasi – Salah satu kreasi tari dengan konsep “Glow in The Dark” yang ditampilkan oleh Naluri Manca
Selain itu, ratusan karya telah ditampilkan oleh Naluri Manca melalui beragam pemanggungan. Kolaborasi dilakukan untuk mengenalkan karya Naluri Manca sekaligus mengharumkan nama Bali di khalayak ramai. “Kolaborasi selalu kami lakukan, kemarin komunitas bersama Diki Ariana di tahun 2019 tentang baleganjur, tahun 2020 kita buat acara Jayabaya sebagai tanda bangkit dari keterpurukan, serta ada komunitas Taksu Agung, komunitas film juga. Banyak komunitas yang tidak cuma di bidang seni aja,” ujar Gus Eka.
Lebih lanjut, Naluri Manca telah mengukir prestasinya di tingkat internasional dengan tampil di Negeri Kangguru, Darwin, Australia melalui virtual show bertajuk World Heritage Convention (WHC). “Kami ingin mengenalkan Naluri Manca di kota Denpasar, mengenalkan denpasar di Bali, Bali di Indonesia, dan Indonesia di luar negeri. Itu salah satu visi kami. Sementara ini, kita sudah di tahap 4,” ucapnya.
Naluri Manca dalam Cahaya Keindahan Denpasar Festival ke-15
Kompetensi dan kesungguhan berkarya Naluri Manca juga dicurahkan ke Denpasar Festival ke-15 yang akan digelar pada 21-25 Desember 2022. Bagi Gus Eka, persiapan konsep yang matang menjadi salah satu pertimbangan untuk setiap pertunjukan yang ditampilkan oleh Naluri Manca. Pemilihan elemen dan unsur yang melengkapi setiap pertunjukkan pun tak luput agar menambah suasana magis dan indah gerak tari kontemporer yang akan ditampilkan oleh komunitas tersebut. Lebih lanjut, kepekaan terhadap situasi audiens menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan genre dan penyusunan konsep ini.
“Jadi kalau mau idealis, kontemporer, maupun tradisi, semua ada ruangnya masing-masing, tapi kalau kebutuhan lainnya kita harus lihat juga yang akan nonton itu kalangan apa, baru kita berani menentukan mau bawa karya apa, supaya lintas disiplin ilmu tetap jalan secara pemahaman maupun edukasi,” tegasnya dalam menjelaskan pemilihan karya sebelum pertunjukan.
Khusus penampilan di Denpasar Festival ke-15, Gus Eka mengaku komunitasnya sangat bersungguh-sungguh untuk mempersembahkan karya mereka. “Konsep saya ingin habis-habisan di sana, kebetulan Denfest merupakan suatu ruang dimana masyarakat kita, kawula muda khususnya, ada di sana. Saya ingin mengangkat tentang air dan udara, karena tema dari Denfest itu Tejarasmi, cahaya keindahan,” jelasnya. Cahaya keindahan dimaknai olehnya sebagai sebuah siklus alam tentang langit dan lautan yang memiliki kedudukkan yang sama. “Di dunia laut ada cahaya, di langit ada cahaya, malam hari juga ada cahaya, mereka memiliki porsi yang sama,” lanjutnya.

Ida Bagus Eka Haristha – Salah satu pelopor Komunitas Seni Naluri Manca semenjak tahun 2020
Gus Eka turut menyampaikan harapannya akan perkembangan Naluri Manca serta seluruh generasi muda yang nantinya akan meneruskan jejak kesenian di Bali. “Saya punya satu cita–cita, pertama saya ingin Naluri Manca berkembang besar, hingga bisa membuka lapangan pekerjaan untuk generasi muda, terkhusus anak – anak seni, saya tidak menutup kemungkinan adanya stigma kalau latar belakang seni susah mencari lapangan pekerjaan, saya ingin mematahkan asumsi itu dengan cara membuat ekonomi kreatif yang memang produknya seni semua. Dan, saya yakin seni akan memajukan ekonomi kreatif kita,” ucapnya.
Sinergi dalam menciptakan ekonomi kreatif akan memberi nilai dan menghidupkan seni yang ada di Bali. Oleh karenanya, bagi Gus Eka, generasi muda tidak perlu takut untuk menekuni jalan kesenian. Kuncinya, tetap ikuti kata hati. Sebab, “Bukan seni yang bergantung kepada pariwisata, tapi tempat wisata kita yang bergantung kepada seni, jika tidak ada budaya tidak ada seni apa yang mau dijual, itu yang membuat Bali mempunyai nilai.” tutup Gus Eka pada sore itu. Kisah dan kiprah Naluri Manca menjadi bukti komitmennya untuk terus tumbuh menjadi komunitas seni bertalenta di Kota Denpasar. Jangan lewatkan kemeriahan persembahan karya seni oleh Naluri Manca di Denpasar Festival ke-15 tahun 2022.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!