Melestarikan kuliner lokal bisa melalui apa saja, salah satunya melalui penyelenggaraan kompetisi memasak. Parade Ngelawar menjadi salah satu solusi untuk kembali mengingat cita rasa kuliner lokal serta mengangkat kembali kuliner – kuliner legendaris khas Bali lewat aktivitas yang interaktif.
Bertempat di Lapangan Puputan Badung, Parade Ngelawar ini diikuti oleh 6 kelompok peserta dari institusi yang berbeda – beda, diantaranya terdapat kelompok peserta dari tingkat kampus seperti OTC Bali, Politeknik Internasional Bali, Monarch Bali, IPB Internasional, serta perwakilan terdapat perwakilan peserta dari UMKM, yaitu Nank Etonk dan Koperasi Central Hutama Mandiri.
Keenam kelompok peserta yang mengikuti kompetisi ngelawar
Seluruh peserta yang hadir tampak memberikan performa terbaiknya dalam membuat dan menyajikan lawar agar memiliki cita rasa yang autentik serta menunjukkan tampilan yang menarik. Disinilah kreativitas peserta turut diuji, tidak hanya menonjolkan kuliner lawar, beberapa kuliner pendamping yang umum ditemukan di lawar seperti samsam, sate, tum, sayur kuah turut ditambahkan untuk melengkapi sajian lawar dalam satu piringnya. Salah satunya Dharma Sedana perwakilan peserta dari Kampus Politeknik Internasional Bali, yang memadukan beberapa properti pendukung untuk menonjolkan sisi tradisional dari kuliner lawar.
Penyajian lawar di meja oleh kelompok peserta Kampus Politeknik Internasional Bali
Dua jam yang diberikan panitia kepada peserta terasa singkat dengan antusiasme peserta yang bersemangan untuk menyajikan yang terbaik bagi kuliner yang telah dibuat masing – masing. Proses penjurian turut dilakukan oleh perwakilan dari Indonesian Chef Association (ICA). I Ketut Sumatra selaku juri turut menyampaikan beberapa poin penting dalam penilaian, “Terkait dengan penilaian lomba itu kita nilai kerjasama tim, cara kerja nya kami nilai, kemudian masalah higiene atau sanitasi, agar tidak menyentuh makanan dengan tangan telanjang karena itu berdampak pada kesehatan bukan hanya saat penjurian tetapi harus terus diterapkan tanpa ada pengecualian” ungkap Ketut Sumatra.
Proses penilaian oleh tim juri dari Indonesian Chef Association
Penilaian berlangsung dengan para peserta menyajikan makanan mereka kepada para juri dan melakukan presentasi terkait dengan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya. Kelompok peserta dari Kampus Institut Pariwisata Bali Internasional terpilih menjadi juara terbaik dalam Parade Ngelawar tahun ini, Ardi Prasetya selaku perwakilan turut menyampaikan antusiasmenya dalam mengikuti kompetisi, “Kesempatan ini sangat berkesan, terutama untuk Denfest yang sudah mewadahi kreatifitas anak muda, terutama yang ikut ini institut – institut pariwisata, dan juga saya yang mendapatkan terbaik di lawar ini” ungkap Ardi.
Juara terbaik Parade Ngelawar dari Kampus Institut Pariwisata Bali Internasional
Ketut Sumatra turut menyampaikan bahwa gelaran parade ngelawar ini menjadi salah satu upaya yang mengembalikan kembali popularitas kuliner – kuliner legendaris, “Lomba ngelawar ini bukan hanya untuk meramaikan Denpasar Festival, tetapi juga mengedukasi generasi muda kita untuk mencintai kuliner tradisional bali yang banyak kaitannya dengan upacara keagaman terutama membantu dalam ekonomi ketika ada upacara, untuk melestarikan itu kita lakukan hal seperti ini, semoga untuk denfest selanjutnya akan semakin banyak peserta yang ikut dalam kegiatan,” ungkapnya.
I Dewa Made Agung selaku Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar turut mengapresiasi antusiasme peserta yang berpartisipasi, “Antusias ini memang dorong dari koperasi, kedua dari sekolah – sekolah pariwisata, mungkin bisa masuk dalam kurikulum tentang masakan – masakan tradisional bali. Harapan kita bahwa anak muda ini sebenarnya sangat berpotensi, dan ini juga menjadi siapa tau bisa jadi usaha – usaha, dan mereka juga tidak hanya menunggu pekerjaan tetapi juga bisa menciptakan pekerjaan” ungkap Made Agung.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!