Pentolan seniman asli Padangsambian Kelod, Denpasar Barat unjuk gigi dengan memukau dalam perhelatan pementasan seni budaya kontemporer Denfest ke-14 pada Rabu (15/12). Didominasi seniman muda, garapan seni yang disuguhkan penuh semangat baru.
Masih bertempat di Br. Abasan Tegal Buah, Denpasar Festival hari ke-6 berlangsung penuh semarak. Sempat diguyur hujan sebelum pementasan berlangsung, tidak mengurangi antusiasme penonton untuk menyaksikan pementasan dari seniman lokal. Pementasan kontemporer hari kedua di Denpasar Barat dimulai pukul 19.00 hingga 21.00 WITA. Para penampil pementasan kontemporer hari ini meliputi Sanggar Yonggy Swara, Sekaa Br Abasan Tegal Buah, dan ditutup oleh STT Buana Dharma Sakti.
Pementasan kontemporer dibuka oleh Sanggar Yonggy Swara yang mempersembahkan Tabuh Siu dan musik tradisional inovatif bertajuk “Candra Lawang”. Seniman asli Br Abasan turut andil dalam pementasan kontemporer Denfest ke-14 dengan menampilkan garapan berjudul “Gandrung Padma Sandhi”. Gandrung tersebut dirangkai dengan “Tabuh Saron” , “Tari Condong” sebagai tari pembuka, “Tari Gandrung Petak” yang melambangkan Sang Hyang Surya, dan “Tari Gandrung Bang” yang melambangkan Sang Hyang Brahma.
Kesenian Gandrung sendiri, diketahui telah ada di Banjar Abasan sebelum tahun 1930-an. Namun, seiring berkembangnya zaman, kesenian ini sempat meredup hingga seorang seniman berinisiatif merangkai kembali kesenian Gandrung dan terbentuklah Sekaa Kesenian Gandrung Padma Sandhi. Saat ini, Sekaa Kesenian Gandrung Padma Sandhi turut mengisi acara keagamaan di pura dan acara yang bersifat hiburan.
I Made Gede Ary Sanjaya atau yang kerap disapa Arik selaku Ketua Sekaa Kesenian Padma Sandhi menjelaskan bahwa keikutsertaan Sekaa Gandrung di Denfest ke-14 mengerahkan 25 orang penabuh dan 3 orang penari. Ia mengaku selama masa persiapan sedikit kesulitan dalam menyatukan waktu latihan.
Lebih lanjut, I Gede Wijaya Saputra SH selaku Perbekel Desa Padangsambian Kelod mengaku sangat mengapresiasi kegiatan Pemerintah Kota Denpasar yang tujuannya membangkitkan kesenian dan budaya di Kota Denpasar. “Banjar Abasan adalah gudangnya seni. Tahun 2021 kemarin sanggar yang ada disini mengikuti ajang PKB dengan tari klasik yang bernama Gandrung.” ucapnya
Pementasan kontemporer ditutup dengan penampilan dari STT Buana Dharma Sakti, Padangsambian Kelod dengan garapan bernama Barong Swari. Garapan tersebut bersumber dari lontar Siwa Tattwa. Para penampil terlihat memukau dengan masing-masing peran yang mereka bawakan. Figur Dewi yang berubah menjadi seram pun menggunakan transisi yang sederhana tetapi tetap terlihat estetik dan rapi, yaitu kain merah panjang. Para penonton tanpa batasan usia menikmati garapan ini dengan penuh antusias.
Pada akhirnya, Denfest yang hadir ditengah masyarakat mampu memberikan ruang berkreasi tanpa batas, khususnya bagi seniman muda Denpasar yang merindukan momentum panggung kesenian. Nyala asa pun disampaikan oleh Arik sebagai salah satu seniman muda Denpasar. “Semoga Denfest terus diadakan, karena kita lihat di Denpasar merupakan kota yang berbudaya, jadi saya harap Denfest terus ikut melibatkan kesenian-kesenian lokal di daerah tersebut agar kesenian tersebut bisa dikenal di masyarakat,” tutup Arik.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!