Telah berlangsung selama empat hari, gelaran Denpasar Festival kini telah mencapai puncaknya. Ruang bermusik turut dihadirkan dalam gelaran seni akhir tahun ini. Panggung musik hari keempat menjadi saksi musisi anyar hingga legendaris mengiringi penutupan Denpasar Festival ke-16 di Lapangan Puputan Badung.
Puluhan masyarakat nampak mulai memadati ruang terbuka hijau di pusat Kota Denpasar tersebut. Tepat pada pukul 16.30 WITA, Alunan musik gitar, drum, serta suara pukulan kendang seolah memanggil masyarakat untuk merapat ke dekat panggung. Sekolah Musik Sangaji menjadi suguhan musik pembuka di panggung musik hari keempat Denpasar Festival ke-16. Tak hanya menampilkan satu penampilan, dalam kesempatan ini Sekolah Musik Sangaji turut menghadirkan beberapa penampilan lainnya dengan warna musik yang berbeda – beda.
Penampilan Sekolah Musik Sangaji sebagai pembuka di panggung musik Denfest ke-16
Penampilan berlanjut dengan sajian musik dari band anyar Kota Denpasar, Militan 45 hadir dengan membawa karya orisinil terbaru mereka. Band yang berasal dari Peguyangan tersebut membawa nuansa lagu pop dengan lirik kekinian. Berlanjut penonton panggung musik diajak bernyanyi dengan musik – musik kekinian dari band musik Discotion Pill, serta lagu – lagu hits Indonesia melalui penampilan cover lagu oleh Band Music Pherona.
Penampilan musik Discotion Pill yang tampil mengisi panggung musik
Pengunjung pun diajak berdansa dengan musik khas 50-an dari Nyonya Ayu. Perempuan bernama Eba dengan nama panggung Nyonya Ayu tersebut mulai mengenalkan musik genre bernuansa vintage pada tahun 2019, “genre Nyonya Ayu itu pop, tapi nuansa yang kita kasi itu vintage atau era 50 sampai 60-an” ungkap Nyonya Ayu. Mendukung penampilan musiknya, nuansa vintage pun diwujudkan dari tata rambut hingga kostum dress bermotif bunga. Menurut Nyonya Ayu genre musik 50’an saat ini belum banyak diperkenalkan oleh musisi – musisi sekarang maka dari itu baginya genre musik tersebut dapat memberikan nuansa baru dari dalam skena musik di Bali.
Penampilan bernuansa vintage ala Nyonya Ayu
Kemeriahan malam terakhir panggung Denfest pun tiba dikala band legendaris XXX Bali mulai memasuki panggung. Mulai dari lagu berjudul Nak Bali hingga Cupak Gerantang berhasil memecah kemeriahan di panggung musik hari keempat tersebut. Riuh penonton pun kian bertambah dikala lagu Puputan Badung mulai dinyanyikan oleh Rahtut dan Rahtwo selaku vokalis XXX Bali, lagu Puputan Badung seolah mengajak penonton untuk bernostalgia dan mengenang kembali sejarah Perang Puputan. Rahtut turut menyampaikan pemilihan lagu Puputan Badung dirasa pas sesuai dengan lokasi panggung musik yang berada di Lapangan Puputan, “Kalau lagu – lagu kita pilih yang memang sudah hits dan banyak orang tau, apalagi lagu kita identik banyak di Denpasar, Puputan Badung, Omed – Omedan dari Sesetan Denpasar” ungkap Rahtut.
Rah tut dan Rah two sebagai vokalis dalam penampilan XXX Bali
Penampilan ditutup dengan penampilan oleh Mr. Botax yang berkolaborasi dengan Jun Bintang membangkitkan pecinta musik pop di Lapangan Puputan. Mulai dari lagu Ogoh – Ogoh karya Mr. Botax hingga lagu Jodoh milik Jun Bintang turut mengalun mengiringi penutupan panggung musik dari gelaran Denpasar Festival. Mr. Botax turut menyampaikan harapannya akan gelaran denfest tahun berikutnya dan perkembangan ruang bermusik di Kota Denpasar, “Kalau pemerintah sudah memberikan wadah tinggal kita yang harus siap, Kota Denpasar banyak festival tinggal kita anak mudanya mau membuat apa” ungkap Mr. Botax. Jun Bintang pun turut menambahkan harapannya agar gelaran Denfest tahun depan dapat menghadirkan lebih banyak musisi Kota Denpasar.
Jun Bintang dan Mr. Botax sebagai penampilan penutup dalam panggung musik Denfest ke-16
Gelaran Denpasar Festival ke-16 di panggung musik Lapangan Puputan menjadi sebuah pemantik bagi seluruh seniman – seniman lokal untuk mengembalikan kembali semangat berkreasi di bidang musik, serta saling berkolaborasi menciptakan lebih banyak ruang bermusik di Kota Denpasar.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!