Denpasar Festival setiap tahunnya selalu konsisten memberikan ruang bagi komunitas, Sekaa Teruna Teruni (STT), hingga sekelompok pemuda unggulan Kota Denpasar untuk menampilkan garapan terbaiknya. Hal tersebut tampak dari pemanggungan budaya Denpasar Festival, tepatnya di sisi selatan Lapangan Puputan (I Gusti Ngurah Made Agung) yang dihiasi dengan penampilan seni tradisi. Adapun penampilan sore itu (22/12) diantaranya adalah Adi Merdangga Kilat Sabung, Semara Pegulingan Sekar Cempaka, Selonding Rare Duita, dan ditutup dengan Kendang Rampak Kertha Jaya.
Selain penampilan seni tradisi khas Bali, Denpasar Festival juga memberikan wadah bagi komunitas luar daerah untuk menampilkan karya terbaiknya. Salah satunya adalah Tari Seka Kamoro dari Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Penampilan tersebut mampu membuka panggung budaya hari pertama Denpasar Festival ke-17 dengan meriah.
Semarak panggung budaya berlanjut dengan penampilan Adi Merdangga Kilat Sabung oleh Sanggar Gatra Nadhi Swara. Antusiasme puluhan seniman usia belia tampak besar ditunjukkan dengan spiritnya dalam menari serta memainkan gamelan. Tak berhenti disana, alunan semara pegulingan terdengar, kali ini giliran Sanggar Sekar Cempaka yang tampil di panggung budaya dengan menampilkan dua tabuh klasik yaitu tabuh sumambang bali dan tabuh bopong. Tabuh sumambang merupakan tabuh klasik yang berawal dari gending pegambuhan, kemudian ditransfer ke dalam semara pegulingan, sedangkan tabuh bopong merupakan salah satu representasi tabuh yang diciptakan oleh I Wayan Lotring tepatnya pada tahun 1898 hingga tahun 1983. Agus Artina selaku salah satu anggota Sanggar Seni Cempaka mengungkapkan perasaannya seusai tampil di Denpasar Festival ke-17, “Senang sekali dapat tampil dan semakin tahun, Denfest terus berkembang dan acaranya beragam,” tutur Agus.
Tepat pukul 21.00 WITA, acara dilanjutkan dengan penampilan selonding oleh Sanggar Seni Rare Duita. “Kita menampilkan dua materi yaitu tabuh kreasi taksu dan tabuh kreasi tedung,” jelas Mang Wahyu dan De Bagus yang merupakan anggota dari Sanggar Seni Rare Duita. Meskipun hari semakin larut, Lapangan Puputan tak lepas dari antusiasme pengunjung dalam menyaksikan kesenian tradisi. Penampilan penutup yang manis dari Sanggar Seni Kertha Jaya dengan garapan Kendang Rampak. Pukulan kendang yang harmonis dipadu padankan dengan gerakan angklung berhasil memecah suasana Panggung Budaya Denpasar Festival hari pertama.
Mang Wahyu dan De Bagus turut mengungkapkan rasa syukurnya karena berkesempatan menampilkan garapannya di khalayak ramai “Terimakasih karena telah diberikan panggung bagi kami para seniman untuk menampilkan karya-karyanya dan dapat menghibur masyarakat disini,” tutup mereka.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!