Denpasar festival ke-16 menjadi panggung bagi seluruh seniman di Kota Denpasar. Wadah berkreativitas turut dibuka di panggung musik lapangan puputan badung di hari pertama. Alunan musik terdengar kian semarak di kala Inaugurasi Pembukaan dan Parade Denpasar Festival resmi dibuka. Dentuman musik khas gitar hingga paduan suara menjadi pembuka yang menggelorakan lapangan puputan dan juga seolah memanggil seluruh masyarakat Kota Denpasar bahwa gelaran Denpasar Festival ke-16 resmi dibuka.
Penampilan Marching Band Universitas Warmadewa dengan penyajian formasi yang terstruktur dan alunan berbagai elemen musik yang memeriahkan panggung musik denfest hari pertama
Lapangan Puputan Badung nampak ramai dengan masyarakat yang satu persatu mengisi ruang terbuka hijau di areal lapangan, mencari posisi terbaik untuk menyaksikan band musik favorit yang akan memeriahkan panggung musik tersebut. Pagelaran diawali dengan alunan musik biola yang mengawali senandung merdu vokalis dari kelompok musik Sekolah Musik Farabi. Berbalut pakaian serba hitam, kombinasi suara vokalis nampak apik dengan iringan petikan gitar, bass dan tentu ketukan drum yang membangkitkan semangat penonton.
Penampilan musik oleh Sekolah Musik Farabi yang mengawali panggung musik Denfest hari pertama
Semarak panggung musik oleh Sekolah Musik Farabi memulai alunan musik lainnya. Panggung musik kemudian berlanjut dengan kolaborasi berbagai instrumen musik yang berpadupadan dengan sebuah tarian menjadi penanda hadirnya Marching Band Warmadewa feat Rokavatar. Formasi barisan yang terstruktur berpadu bersama kombinasi instrumen musik menciptakan efek visual yang menarik dikala menonton penampilan. Penampilan pun kian sempurna dengan hadirnya band rock alternatif Rokavatar yang mengiringi gerakan dinamis penari dari Marching Band Warmadewa. Indra Darmawan selaku pelatih dan program director Marching Band Universitas Warmadewa menyampaikan konsep kolaborasi yang diusung tahun ini, “Konsepnya kolaborasi sesuai dengan konsep yang sudah dicetuskan oleh Pemerintah Kota bahwa Denfest kali ini semua musisi Bali dan semua artis Bali harus berkolaborasi, karena tanpa kolaborasi kita tidak bisa berdiri sendiri, supaya semua lebih menarik” ungkap Indra. Indra pun turut menyampaikan harapannya akan panggung bagi Marching Band, “Denfest harus ada satu momen satu hari parade marching band, parade bukan di jalan melainkan dibuatkan panggung masing – masing band unjuk gigi untuk menampilkan materi yang sudah disiapkan setahun” tutupnya.
Penari yang mengiringi penampilan musik oleh Marching Band Universitas Warmadewa
Tak berhenti sampai disana, sembari menikmati sajian kuliner yang terbentang di sekitar Lapangan Puputan, panggung terus dibuat meriah dengan penampilan yang tak kalah memukau dari alunan musik keras khas gitar rock dari penamilan Bali Drums & Guitar MOB. Mulai dari anak – anak hingga remaja tampak mahir mengkombinasikan berbagai elemen musik dengan ciri khas musiknya masing – masing.
Mulai dari anak – anak hingga dewasa tampak berkolaborasi menampilkan musik rock oleh Bali Drums & Guitar MOB
Beranjak menuju penampilan penyanyi legendaris Bali yang mengobati pecinta gending Bali, Widi Widiana bersama dengan Dek Ulik. Membawakan kurang lebih 10 lagu Widi Widiana dan Dek Ulik mengajak penonton bernostalgia dengan lagu – lagu legendaris Bali yang bergenre pop. Widi Widiana dan Dek Ulik turut menyampaikan lagu utama yang dibawakan pada Panggung Musik Denfest hari pertama “Hari ini kami mempersiapkan 10 lagu, lagu solo dan duet terakhir, lagu utama nanti mungkin Sing Dadi Nakal, Sing Salah Pilih, Sing Macaling” Ungkap Widi Widiana dan Dek Ulik dengan kompak. Dua tokoh penyanyi legendaris ini pun turut menyampaikan harapannya agar gelaran panggung bermusik di Kota Denpasar dapat terus mewadahi seniman – seniman yang ada di Kota Denpasar hingga Bali.
Penampilan penyanyi legendaris Bali Dek Ulik dan Widi Widiana yang mengajak penonton bernostalgia dengan gending pop khas Bali
Panggung musik Denpasar Festival ke-16 pun ditutup dengan semangat yang kian menggelora dengan musik rock legendaris Bali, Nanoe Biroe. Sajian musik khas rock alternatif pun turut didukung dengan style khas ala rastafarian dengan pakaian serba hitam, rambut gimbal panjang dan hiasan aksesoris gelang yang nampak khas dengan penampilan musik reggae ala Nanoe Biroe. Penonton mulai dari kelompok fans hingga pendengar umum turut menunjukkan antusiasmenya dengan bernyanyi bersama hingga mengibarkan bendera. Musik rock alternatif oleh band legendaris Bali Nanoe Biroe menjadi sajian penutup panggung musik Denpasar Festival ke-16 hari pertama, ragam musisi lainnya pun siap menyapa masyarakat Kota Denpasar di pagelaran akhir tahun tersebut.
Penampilan band rock asal Bali Nanoe Biroe menjadi penampilan penutup yang menggelorakan panggung musik Denpasar Festival ke-16
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!