Gemerlap cahaya terpendar di tengah Lapangan Puputan Badung, Denpasar Festival ke-15 resmi dihelat sejak Rabu (21/12). Meski sempat terhambat oleh rinai hujan, tetapi hal tersebut tak menghilangkan spirit para musisi dan seniman untuk menampilkan garapan terbaiknya.
Tepakkan gendang dan peniupan kerang sungu di Catur Muka menjadi pertanda bahwa Denpasar Festival ke 22 telah resmi dibuka. Pada waktu yang sama, pementasan Marching Band Universitas Warmadewa berhasil tampil memukau di Lapangan Puputan Badung yang merupakan salah satu titik pemanggungan Denpasar Festival. Selain itu, garapan istimewa karya Naluri Manca, BaliDrumHolics, dan WYP Art Foundation berhasil menambah riuh penonton yang rindu akan penampilan seni. Kolaborasi tersebut bertajuk “Banaspati Raja” yang berpijak dari tema Denpasar Festival, Tejarasmi.
“Cahaya keindahan itu kami manifestasi dalam bentuk alam itu sendiri, kita juga mengenal bahwa Banaspati Raja adalah makhluk mitologi, manifestasi juga dari tuhan dan alam itu sendiri. Nah alam itu dijaga sehingga cahaya yang muncul sebagai material, isi dari alam ini juga terbentuk dengan baik, nah salah satunya juga peran banaspati yang kita kenal,” terang Ida Bagus Eka Haristha atau yang karib disapa Gus Eka.
Menghadirkan 90 orang seniman, penampilan tersebut dikemas dengan cantik melalui jalinan seni tradisi, permainan musik seperti drum, glow in the dark, dan akrobatik. “Biasanya kan Naluri Manca itu dikenal dengan glow in the dark, nah sekarang kita coba kombinasi dengan seni tradisi, dan suatu pertunjukan yang berperan dalam akrobatik, ini pertama kali kita coba di Denfest dan astungkara akan kita kembangin lagi,” tutur Gus Eka.
Tentunya dalam penampilan tersebut, terdapat suatu pesan yang ingin disampaikan oleh para penyaji, Gus Eka mengungkapkan bahwa melalui karya tersebut mengandung pesan akan betapa pentingnya menjaga alam karena alam tersebut mengalami sebuah rotasi atau perputaran.
Selanjutnya, Lapangan Puputan Badung dipenuhi oleh penampilan musisi Bali seperti Pramusti yang terdiri dari 3G Angles, Ayu Saraswati, Agung Wirasutha, Eka Jaya, Dek Arya, Dewi Pradewi, Tri Puspa, Tiga Siluman, serta Margie yang masing-masing menyanyikan satu buah lagu Bali. Kemudian, dilanjutkan oleh band asal Denpasar yang baru terbentuk pada awal tahun 2022 lalu yaitu Band Excira dan ditutup oleh penampilan Lolot Band selama 45 menit lamanya.
Lebih lanjut, di sela-sela kesibukan menggarap sebuah karya memperingati 20 tahun Lolot Band, Gede Lanang Darma Wiweka atau yang lebih dikenal Mr.botax selaku Bassist dari Lolot Band mengaku senang karena dapat kembali bersua dengan penonton Denpasar Festival. “Lolot sudah yang kesekian sekali di Denfest, saya harap terus ada perkembangan dari event yang sekarang, dan selalu menjadi festival yang dinanti khususnya oleh warga Denpasar dan luar Denpasar, setiap denfest tidak pernah sepi, dan astungkara ada ide-ide baru lagi untuk menjadi lebih hebat lagi,” ungkap Mr. Botax
Meskipun sempat terkendala hujan, tetapi tak menyurutkan semarak penonton untuk menyanyi bersama musisi yang tampil di Denpasar Festival kali ini.
Tak kalah menarik, pada titik pemanggungan Wantilan Hotel Grand Inna Bali Heritage juga terdapat beberapa mata acara seperti workshop fotografi, talkshow dan pemutaran film Denpasar sineas festival. Workshop fotografi bertajuk “How to shoot traditional festival” yang merupakan kerjasama dari Sinar Foto dengan Sony Alppa menghadirkan Thaib Chaidar sebagai pembicara. Workshop tersebut bertalian dengan lomba fotografi yang diadakan oleh Denpasar Festival tahun ini.
Selain itu, di tempat yang sama pada pukul 19.00 WITA terdapat pemutaran film karya terbaik dari para film maker. Diantaranya adalah karya berjudul Tatu, Sandikala, Warisan Cita Rasa Bali Basa Genep – Base Kele, Pantai Karang, serta film berjudul Memori Saat Itu. Di tengah penayangan film juga terdapat talkshow bertajuk “Menciptakan Karya Audio Visual Mode Kreatif di Jaman Jani” bersama Hai Puja sebagai narasumber.
Di sisi lain, setelah melewati pandemi Covid-19, Lolot Band selalu optimis bahwa Bali segera bangkit melalui gelaran-gelaran kreatif, “saya memang berharap dari pandemi, selalu berharap offline, jadi ada rasa optimis kemarin itu untuk Bali pasti bisa lagi balik dah karena pemimpinnya bagus dan masyarakatnya disiplin, saya yakin Bali bisa bangkit lagi dengan lebih baik lagi karena Bali itu hebat,” tegas Mr. Botax.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!