Pada Jumat (23/12) Denpasar Festival memberi ruang bagi seniman muda kesenian sendratasik untuk menampilkan garapan terbaiknya. Dimulai dari gurat tawa komika hingga memesonanya pementasan puluhan siswa-siswi SMP dan SMA di Denpasar berhasil mengiringi dinginnya suasana malam itu.
Denpasar festival ke-15 telah sampai pada hari ketiga, perhelatan di titik pemanggungan Pelataran Pasar Badung dibuka dengan sorak tawa bersama empat komika yang tergabung dalam Stand Up Indo Bali. Mereka adalah Mohammad Bernisa, Benedictus Pram, Ida Bagus Anggara, dan Guntur Pratama. Materi yang mereka bawakan mampu menghibur penonton yang hadir.
Menuju pada pementasan seni sendratasik (seni, tari, drama, dan musik), anak-anak hingga remaja yang tergabung dalam Sanggar Khayangan menyajikan pertunjukan yang bertajuk “Jingga Ufuk Timur”. Kelihaian dan kegemasan anak-anak dalam membawakan tarian tersebut berhasil menarik perhatian penonton yang hadir malam itu.
Garapan tersebut menceritakan laksana Sang Surya tatkala memancarkan senyumannya perlahan di ufuk timur. Senyuman tersebut bak obat bagi tumbuhan, binatang, serta manusia yang rindu akan binar-binar cahaya keindahan, mereka pun menari-nari sebagai bentuk kegembiraan. Datangnya sinar seolah bergandengan bersama labuhnya berkah dan juga harapan. Begitulah Sanggar Khayangan mengartikan karya yang dibawanya di perhelatan Denpasar Festival kali ini.
Selain itu, Teater Dirga yang merupakan salah satu ekstrakulikuler asal SMP Negeri 6 Denpasar turut menyajikan kebolehannya di kawasan Patung Ratu Mas Melanting. Malam itu, 15 orang aktor dari Teater Dirga menampilkan sebuah pementasan satu kali duduk semacam operet yang mengambil cerita “Coco” dari Disney. “Kalau dari konsep mengambil cerita Disney Coco dan kita kemas menjadi pementasan satu kali duduk seperti operet cuman kita rombak sedikit. Ceritanya ada anak yang memiliki cita-cita sebagai pelukis, tetapi dilarang oleh orang tuanya karena suatu hal,” ungkap Tio selaku salah satu pihak dari Teater Dirga.
Sempat sesekali ditunda karena derai hujan ditemani dengan riuh angin di area pelataran. Namun, hal tersebut tak mematahkan semangat para seniman muda untuk tampil pada gelaran akhir tahun Kota Denpasar ini dengan karya yang berjudul “When she loved me“. “Tampil di Denfest adalah keinginan dan cita-cita kita untuk tampil di acara festival yang diadakan di kota yang pijak sekarang, walaupun hujan tapi karena kita tekad menghibur acara jadi kita harus selesaikan acara ini,” ungkap Tio selaku pelatih dari Teater Dirga.
Lebih lanjut, pementasan Denpasar Festival hari ketiga ditutup oleh Komunitas Wijahyana asal SMA Negeri 9 Denpasar yang menampilkan garapan berjudul “Jagat Sakanti”. Dengan memadupadankan tarian, karawitan, hingga baris berbaris yang membentuk formasi amat rapi berhasil menutup pementasan malam itu dengan manis.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!