Alunan musik rock bergema di Ruang Teater Taksu, Gedung Dharma Negara Alaya pada Minggu (19/12). Suara para vokalis yang melengking diadu dengan irama yang mendebarkan hati. Beberapa ada yang menjadikan konsernya di Denfest sebagai wadah pertemuan kembali maupun kesempatan perdana menyanyikan karya albumnya.
Setidaknya, begitulah yang dialami The Hydra. Setelah 18 tahun terpisah, para personel band The Hydra kembali menjalin perjalanan musiknya. “Ini adalah ketiga kalinya gigs kami setelah rilis album pertama,” ujar Zio, bassist band The Hydra saat berdiri di atas panggung Ruang Teater Taksu, Gedung Dharma Negara Alaya pada rangkaian Denpasar Festival ke-14. Band rock yang dibentuk di Denpasar pada tahun 1999 itu turut menampilkan konser musiknya bersama musisi lainnya; Alcouste, Psycomachine, Dr. Rose, Winnie the Blues, Balasina ft Danan Jaya, Marco Punk Bali, Glambeer, Rocknest, Tri Brothers, dan Sound of Mine.
Tidak hanya sebagai ajang pertemuan kembali, bagi Gung Wah, pemain keyboard band The Hydra mengaku Denpasar Festival dapat memberikan ruang untuk memperkenalkan karya-karya para musisi. “Lebih te
patnya ajang untuk memperkenalkan karya musik pertama dan yang akan kita launching bulan Januari,” ungkapnya saat ditemui sebelum penampilan. Memang, ada kisah menarik dibalik penampilan band The Hydra hari ini. Setelah malang melintang di berbagai kompetisi musik di tahun 2000-an, band The Hydra sempat tak berlanjut pada tahun 2003. Personelnya, (Taufiq (vokal), Zio (bass), Deny (Drum), Wah (Keyboard), dan Wis (gitar) membubarkan diri dan terlibat di grup musik lain serta memiliki profesi masing-masing. Tidak diduga, momentum pandemi mempertemukan mereka. “Jadi kita ini kan berjalan di profesi yang berbeda, ada yang wisausaha ada yang pure sebagai musisi, pandemi ini membuat mereka kehilangan aktivitas yang biasa mereka lakukan,” lanjut Gung Wah. Rutinitas yang hilang tersebut akhirnya mempertemukan kembali pada jalan bermusik. Mereka pun sepakat untuk menggarap album pertama yang bertajuk “Evolusi Vol.1” yang di-launching pada tahun 2020.
Uniknya, album pertama mereka berisikan lagu-lagu lama yang digarap ulang sebab sebelumnya tidak memiliki jejak digital. Tidak berhenti hanya sampai di sana, pada ajang Denfest, mereka memberikan bocoran album kedua yang akan dirilis pada Januari 2021 berjudul “Evolution Vol. 2”. Judul album yang menggunakan bahasa inggris bagi Gung Wah ialah dikarenakan lirik lagu mereka kini yang berbahasa inggris dengan harapan dapat memperluas jangkauan audiens. Sementara itu, ia juga menceritakan album keduanya mengandung unsur pesan-pesan sosial. “Melihat keadaan sekarang teutama melihat kita ya rakyat tidak ada kepastian dan bertanya-tanya terutama, misalnya kapan ini (pandemi) akan berakhir jadi ada juga pesan sosial ada untuk membangkitkan semangat kebersamaan juga ada,” tambahnya.
Di sisi lain, ada pula penampilan dari para musisi belia. Ialah Sina (17 tahun) dan Bala 11 tahun) yang memainkan gitar dengan berkolaborasi bersama penyanyi Danan Jaya. Penampilan memukau mereka malam itu ternyata telah melalui proses yang panjang. “Saya memang dari kecil bapaknya sudah ngarahin ke gitar, adiknya keyboard dulu tapi karena ngelihat saya ikut juga jadinya,” ujar Sina saat ditanya usai penampilan. Ialah pertama kalinya malam itu mereka tampil di Denpasar Festival. Sina mengaku, awalnya ia takut mengecewakan orang. “Tapi penampilan tadi sudah memuaskan,” katanya tanpa ragu. Bala juga turut membagikan perasaannya tampil perdana di Denfest. “Deg-degan,” ucapnya seraya tertawa.
Suasana di Gedung Dharma Negara Alaya yang menghadirkan musik rock pada itu pun kian meriah saat malam hari. Berbagai bentuk-bentuk irama tersaji menjadi keunikkan masing-masing band. “Harapannya denfest ini agar selalu berlanjut, bisa menjadi wadah untuk seniman, musisi dan bisa dinikmati secara merata di Denpasar maupun Bali.” Tutup Gung Wah, ia pun bersama personal band lainnya bergegas tampil menuju panggung Teater Taksu.
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!